Thursday, September 17, 2009

Sahabat atau Pacar

1>Sahabat atau Pacar

cintailah sahabatmu seperti mencintai kekasih mu. Karena Belum tentu cinta kekasih mu Sebesar cinta sahabat kepada mu


TENG-TUNG-TENG-TUNG!!!

“ Ginny….ayo bangun udah jam 5.00 nih !!! “

Pagi-pagi, pasti aku mendengar suara mamah beserta suara panci yang selalu membuyarkan mimpi – mimpi indahku. Dengan malasnya aku membuka mataku yang masih ingin kupejamkan untuk beberapa saat. Rasanya susah untuk kutegapkan tubuhku. Seakan bantal dan guling di sekitarku menarik tubuhku untuk tetap berbaring dan terlelap kembali. Tapi, aku tidak boleh memanjakan diriku untuk tetap bermimpi. Dengan malas, kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi.

“ Gin,Ginny ayo bangun! Jangan lupa sholat subuh!” suara mamah kembali terdengar dari balik kamarku, tapi kali ini tanpa dentingan dari suara panci gosong itu. Dari dalam kamar mandi aku pun menjawab,

” Iya,iya, aku udah bangun kok! ” rasanya geregetan kalau pagi-pagi sudah mendengar panggilan-panggilan itu. Tapi itulah yang aku alami setiap pagi.

Oh iya! Namaku Ginny, begitulah semua orang memanggilku. Panjangnya Ginny Safira. Aku emang paling malas bangun pagi. Jadi mamah selalu bercuap-cuap setiap subuh. Aku lumayan manis. Itu sih, kata mama papahku. Yah jelas aja aku kan anaknya! Anak kandung yang sudah susah payah dilahirkan dan dijaga hingga sebesar ini. Duh besar? Jangan besar deh, tepatnya montok! Aku enggak tinggi, tinggiku hanya 156cm, beratnya 52kg. Wah buntet ya?!! hu..hu…hu.. Pipiku embem, mataku rada sipit. Makanya teman-temanku suka ngira aku anak cina. Tapi, emang ada campuran sih. Banyak banget malahan gak hanya cina, ada padang, ada betawi, sumatera,terus... Emangnya Bhineka Tunggal Ika! Udah-udah perkenalan dirinya,cukup sekian dan terima kasih. Sekarang lebih baik aku segera mandi dan gosok gigi dari pada aku ngaca terus sambil senyum-senyum memandang wajahku ini yang cantik nan ayu tenan... hohoho.. narsis saya? Tapi, pagi ini aku cantik juga! hihihi jadi malu.

“ Trililit,trililit,triilili……5X “

Dari dalam kamar mandi aku mendengar ponselku berbunyi, dengan tergesa-gesa aku memakai handuk dan berlari meraihnya.

“ Yup, hallo…sorry lama ya? “

“ Iya, kamu lagi mandi ya?”

“ Iya, ini baru aja selesai. Ada apa ?”

“ Aku Cuma mau bilang, kalau hari ini 10 bulan jadian kita ! “

“ Oh iya, aku inget kok ! Aku seneng kita udah hampir setahun.”

“ Iya, ga terasa ya? Yaudah , aku sayang kamu, sayaaang bangetttt!”

“ Iya, aku juga sayaaaang…bangeeett muach !” Akhirnya selesai juga pembicaraan kami. Suara di ponsel tadi adalah suara Tio, lengkapnya Tio Saputra Perdana. Dia itu My first love. Aku udah suka sama dia dari kecil, yah cinta monkey gitu lah! Eh pas udah ketemu gede malah cinte beneran. Jadi senengnya enggak kebayar deh sama apapun. Sebenarnya kita pacaran LDR( Long Distance Relationship ), memang berat rasanya tapi itulah yang harus kami jalani.

“Ternyata dia ingat hari ini, aku kira dia tidak akan ingat.” ucapku dengan senang, sambil beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Shalat enggak boleh lupa ya! pesan mamah selalu.

Ketika sedang merapihkan buku,

“Dimana buku geografi itu ya? Duh… bagaimana kalau sampai tidak kutemukan?“

Dengan panik, aku membongkar semua isi rak buku dan terus mencari. Buku-buku yang enggak penting berterbangan dari tanganku. Wah…entah seperti apa kamarku sekarang, yang jelas udah kayak kapal pecah ! dan mamah pasti cuap-cuap nanti.

Sambil melihat ke arah jam dinding kamarku

Oh my God! Hampir jam 07.00. Aduh… bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Ah sudahlah, mungkin terbawa oleh Pue.” ucapku dengan penuh kepanikan. Tanpa basa-basi lagi, langsung ku ambil langkah seribu, agar waktu dapat kukejar sebelum hal buruk menyusul di sekolah nanti.

***

“ Uh…akhirnya sampai juga di sekolah! Mudah-mudahan aku enggak telat.” kataku sambil berlari, seperti orang yang benar-benar sedang ketakutan. Dengan nafas yang terengah-engah, aku menaiki anak tangga menuju kelasku. Dengan sekuat tenaga kudorong pintu kelasku, tapi ….

” Ah! Pue kemana anak-anak yang lain?” tanyaku sambil mengatur nafas yang masih kelelahan.

Dengan tawanya yang khas dia pun menjawab.

“ He..he..he..hu..hu..hu..wahahaha! Pasti lo buru-buru sampe ngos-ngosan gitu ! Ngapain juga lo buru-buru, hari ini kan guru-guru rapat, so kita masuk jam 08.00 pagi neng.. Lupa yah?” ledeknya sambil menyapu kelas yang masih kotor. Seperti biasa Pue selalu bertanggung jawab terhadap tugasnya, terutama tugas piket.

“ He..he..lucu ya?! Seneng lihat temen lagi sengsara gini? Tega lo! Duh, capek nih gue! Energi terbuang percuma! Kenapa sih, lo enggak bilang?! Tau gitu, mungkin sekarang gue masih santai-santai minum kopi di rumah…” jawabku dengan wajah kesal. Semua pakaianku yang tadinya rapih, sekarang menjadi lusuh . Aku terus menatap Pue dengan jengkel .

“ Kopi? Emangnya mau ngeronda Neng?! Makanya, calling ane dulu. He..he..he..hu..hu..hu..wahahahaa!“ ucapnya lagi, dengan gaya dia yang sok asyik. Ih… males deh ngeliatnya!

Lalu aku menaruh tasku di sebelah tas Pue. Jelas saja aku duduk dengannya. Dari SMP sampai SMA ketemu terus. Sekelas pula! Sampai bosan setiap hari mendengarkan ucapannya yang wuuh ampuun deh berisik! Tapi, penampilan, Pue udah berubah lebih up to date sekarang, dulu dia terkenal cewe cupu berambut ombak dengan poni gulungnya yang menutupi jidat jenongnya, sekarang poni gulungnya udah dipermak jadi poni samping. Dan dia lebih PD sekarang dengan kriting sosisnya. Yah, penampilan boleh berubah, tapi tetep aja bawelnya enggak sembuh-sembuh.

“ Selamat pagi, Good Morning, Asalammualaikum, Salommmm !!! “ sapa suara cowok yang muncul dari depan pintu kelas.

“ Pagi, Morning, Walaikumsalam, salommmm too ! Baru dateng lo, Ad?” tanyaku kepada temanku yang baru saja datang , dia adalah ketua kelas di kelasku.

“ Eh... tumben miss telat udah ada di sekolah jam segini... biasanya langganan berdiri di lapangan....” sapa Fuad , dengan nada meledek .

“ Gak telat lagi nih?!! “ ledeknya lagi sebelum aku sempat membalas.

“ Manusia gak luput dari kesalahan kan! Gue mau tobat. khilaf! Harusnya lo dateng lebih awal dari gue, hari ini giliran lo piket kan? “ jawabku kesal. Pembelaan diri yang cukup bagus dan memojokkan Fuad, karena sengaja menghindari tugas piketnya. Lagian, bawa-bawa yang lalu. Udah puas aku dijemur di tengah lapangan. Udah gitu, disuruh pandangin tiang bendera, dengan kaki diangkat satu pula! Lama banget lagi. Dua jam Boo! Bisa-bisa nih mata kena katarak mendadak! Untungnya sih enggak, Cuma kelenyengan aja. Plus bonus bintang-bintang.

“ Iya, tapi kan udah ada lu yang dateng pagi! So lu bisa gantiin gw piket! ” balas Fuad gak mau kalah. Dengan raut wajah kesal, aku menjawab,

“ Gantiin jidat lo! Gue bukan hari ini kale! Udah sana cepet piket! Mau gw laporin Bu Tika? Bisa-bisa diturunin tuh jabatan ketua kelas lu, mau?! “ ujarku mengancamnya. Dengan pasrah akhirnya Fuad mengambil sapu dan membersihkan beberapa sudut ruangan di kelas. Aku tertawa puas melihatnya. Dia bangga banget bisa jadi ketua kelas, sampai-sampai nyogok anak-anak sekelas pakai coklat, biar milih dia. Ih…kayak dapet duit aja jadi ketua kelas.

Jam dinding kelas sudah hampir menunjukan pukul 08.00 pagi. Sebentar lagi bel. Tapi, aku heran Zie belum juga datang. Padahal dia itu Miss On time.

“ Gin, kemana yah si Zie? “ dengan wajah kesal pue menanyakan kehadiran Zie. Nih anak, tadi aja ketawa-ketiwi, sekarang manyun? Pasti gara-gara itu.

“ Hem…paling juga bentar lagi dia dateng. Kenapa, lo masih kesel sama dia? Udahlah, jangan gara-gara cowok, lo jadi dendam. Feeling gue, Tata yang mulai duluan.” kataku berusaha untuk menyakinkan Pue, agar dia sadar bahwa selama ini Tata pacarnya memang PlayBoy. Tata emang Keren, cowok yang aktif di basket dan punya segudang prestasi. Tapi, Jujur aku kurang suka dengan Tata, dia itu cowok yang tebar pesona. Akhir-akhir ini, Tata memang sering mengajak Zie jalan dan itu tanpa sepengetahuan Pue. Zie adalah sahabat aku dan Pue. cewek Manis bertubuh mungil, dia berbeda dari Pue, dia lebih kalem dan sedikit tertutup. Namun Zie selalu curhat padaku dan berkali-kali aku menasehati dia,

“Tata itu pacar Pue, jaga jarak itu lebih baik.”

Namun, tetap saja ia dekat dengan Tata. Hingga akhirnya, malam minggu kemarin, aku dan Pue tidak sengaja bertemu dengan Zie di sebuah café di kemang, dan secara kasat mata aku dan Pue melihat Zie diperlakukan lebih dari seorang teman, dia diberi seikat mawar merah, yang membuat perasaan Pue membara terbakar cemburu. Dari saat itu, Zie dan Pue tak saling bicara lagi.

Aku tidak ingin melihat ada pertengkaran antara kami. Bayangkan, kami sudah bersahabat tiga tahun lamanya. Masa hanya karena urusan cowok tengik itu, persahabatan ini jadi hancur?!

Sambil menusuk sedotan yang ada di tangannya ke dalam sekotak susu ultra kesukaannya, Pue akhirnya menjawab.

“ Gue enggak bisa marah atau dendam sama Zie. Hanya enggak habis pikir gue sama dia. Kok tega-teganya, dia enggak cerita-cerita sama gue tentang apa yang sudah dia jalani sama Tata dua minggu terakhir ini! Padahal dia tau, gue sayang banget sama Tata dan Tata itu pacar pertama gue Gin! Dia sama sekali enggak ada hak. Tata juga, kenapa dia jahat sama gue, padahal kita udah pacaran lumayan lama, satu tahun!? Kurang baik apa gue sama dia? kurang baik apa Gin? “

Tiba-tiba setetes air matanya jatuh ke tanganku.

“ Lo udah cukup baik kok. Malahan terlalu baik dan sabar buat Tata. Dia yang tidak menghargai semua ketulusan lo. Zie juga, bukannya sengaja tidak menceritakan ini. Dia takut, kalau disangka merebut Tata. Padahal, walaupun Zie pernah suka sama Tata, tapi dia menghormati lo sebagai temannya dan sekaligus pacarnya Tata. Udah dong, jangan sedih lagi. Entar gue bantuin deh cari cowok baru buat lo. Yang jelas, lebih keren, baik, pinter, dan bisa buat lo ketawa setiap hari . Okay !” hiburku agar senyumnya merekah kembali dan tidak lama kemudian ,

“ huhuhhuuu…ummm, iya enggak sedih lagi…… Tapi janji?! lo bakal cariin cowok. Cowok yang jauh lebih baik dari Tata.” jawab Pue semangat. Lalu kami berdua pun tertawa kembali. Huff…emang nih anak paling aneh! Tiba-tiba seneng, tiba-tiba sedih. Pusying…!!!

By the way, bukannya hari ini 10 bulanan lo

sama si Tio kan? Cie…” godanya padaku .
“ He..he.. inget aja! Iya, tadi pagi dia udah calling gue. Tapi biasa aja kok, dia cuma ingetin gue kalau hari ini 10 bulanan kita. “ jawabku dengan wajah memerah.

Jam dinding ternyata sudah menunjukan pukul 08.00 tepat. Tapi, Zie belum juga terlihat batang hidungnya. Kelas sudah mulai gaduh. Anak laki-laki selalu bermain bola botol Aqua di belakang kelas. Sedangkan yang perempuannya, sibuk bergosip ria. Walaupun masih ada beberapa anak yang masih sibuk mengotak-ngatik PR Fisika yang memang sulit untuk dikerjakan. Tapi, untungnya aku sudah mengerjakan di rumah. Yah walaupun sibantu sama papah sedikit...

Tiba-tiba terdengar langkah kaki menuju pintu kelasku. Semua anak kembali duduk rapih di bangku mereka masing-masing namun masih sedikit gaduh. Langkah itu sangat lambat, namun cukup jelas suara ketukkan hak sepatunya.

“ Sussts…. Jangan ada yang berisik! ” seru Fuad, ketua kelas yang sama sekali tidak mencerminkan dirinya sebagai Ketua Kelas yang teladan. Mau tau kenapa? Karena dia yang selalu berisik kalau enggak ada guru!

“ Itu mungkin Bu Tika yang datang untuk memberi tugas! ” jelasnya lagi. Spontan teman-temanku di kelas, mengunci mulut mereka dan suasana menjadi sunyi. Juga pura-pura belajar tentunya.

Tapi tiba-tiba, dari balik pintu. Sesosok perempuan bertubuh mungil, berkulit sawo matang, dengan rambut hitamnya yang dikuncir dua dan memakai sepatu pantopel, membuka pintu kelas.

” Selamat pagi teman-teman! “ sapa anak perempuan itu, yang ternyata tidak lain adalah….

“ WOOO…!!! Bikin takut aja lo Zie! “ sorak teman-teman sekelas, memecahkan suasana. Zie hanya tertawa kecil dan segera duduk di bangkunya. Tapi ternyata dugaan Fuad tidak salah. Baru semenit Zie duduk, dari luar ada yang membuka pintu kelas yang tidak lain adalah Bu Tika .

“ Selamat pagi Anak-anak! “ sapa Bu Tika ke seluruh Siswa di kelas.

“ Hari ini kalian akan pulang lebih awal dari biasanya !“ kembali Bu Tika menyampaikan informasi penting. Anak-anak sekelas sudah memasang wajah-wajah bahagia. Dan pastinya akan ada kehebohan setelah ini. Tapi sepertinya, Bu Tika tidak hanya datang untuk menyampaikan kabar gembira ini.

“ Nah, sekarang kalian buka PR Fisika kalian dan kamu Fuad! Kumpulkan buku teman-teman kamu di meja saya! “ tegas Bu Tika. Tuh, betul kan? Pasti dia inget! Ucapku dalam hati.

“ Baik Bu! “ jawab Fuad, dengan wajahnya yang kebingungan. Sepertinya dia belum mengerjakan PR Fisika itu. Tanpa basa-basi lagi, Bu Tika langsung keluar dari kelas dengan wajah yang tidak pernah sama sekali berubah dari dulu. Wajahnya tidak pernah merekahkan senyuman kecil di bibirnya. Memang, Bu Tika adalah guru yang terkenal paling killer di sekolah Pramita ini. Beberapa anak yang belum mengerjakan, langsung mengambil alih buku anak-anak yang terkenal cerdas dan rajin mengerjakan tugas Fisika.

“ Ki, Kiki! “ teriak Mila, memanggil Kiki salah satu temanku yang memang selalu mengerjakan tugas.

“ Iya ada apa? “ jawab Kiki, dengan wajah jengkel. Buku Fisika, yang sedang dipegang oleh Kiki, langsung dirampas oleh Jean. Salah satu teman Mila.

Yes! I get it . Pinjem bentar ya Ki. Entar langsung gw kumpulin kok buku lo! Thank’s girl…” rampas Mila dan Jean langsung pergi begitu saja meninggalkan Kiki yang kesal karena dimanfaatkan oleh mereka.

“ Ki! Kenapa lo diem aja? gak berkutik sedikit pun! Mereka itu seenaknya aja ngerampas buku lo!!! Kenapa dibiarin sih, orang belagu kayak gitu? Ke sekolah Cuma bisanya pamer modis doank!!! Ih amit-amit deh ! “ oceh Zie yang merepet kesal, terhadap apa yang dilakukan Kiki yang sudah jelas-jelas hanya dimanfaatkan oleh Mila and the Ganks . Dengan sorot mata yang tajam, Zie melirik Mila and the Ganks.

Ya, Mila and The Ganks! Mereka itu bisa dibilang anak-anak cewe yang taunya Cuma nongkrong and menang modis. Mereka cantik-cantik. Terutama Mila. Dia berwajah indo. Hidungnya mancung, badannya tinggi menjuntai dan didukung dengan kulitnya yang putih, membuat Mila banyak ditaksir senior di sekolah ini.

Zie masih saja adu bacot dengan Mila. Kalau tidak ada yang menghentikan salah satunya, bisa-bisa mereka adu otot lagi dikelas seperti dua minggu yang lalu. Akhirnya aku menarik tangan Zie. Dari pada dia berantem dengan Genk Rese, lebih baik mengclearkan masalahnya dengan Pue. Pegel juga mata lihat temen berantem.

“ Zie, ayo ikut gue! “ ajakku.

“ Iya, iya. Sabar dong, tangan gue jangan ditarik-tarik gini! Sakit tau! “ keluh Zie, dengan wajah kesal, yang dia tunjukkan padaku. Pue dengan tenang duduk di samping Zie. Zie terlihat pucat pasi dan hanya tertunduk sambil memanikan pulpen yang ada di tangannya.

“ Nah, sekarang lo berdua duduk tenang yah di sini. Selesaikan semuanya baik-baik.” ucapku, sambil menarik kursi agar aku bisa duduk di samping Pue. Untuk beberapa menit, mereka terdiam. Membisu dan tak ada ekspresi. Hingga lima menit berlalu…

“ Zie, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa lo enggak pernah certain sama gue sebelumnya, kalau lo ada rasa sama Tata? “ tanya Pue setelah membisu selama lima menit, dengan nada sedikit kecewa kepada Zie. Aku tertegun sedikit mendengarnya, aku merasa sangat bersalah tidak jujur pada Pue.
“ Gue enggak bisa. Gue enggak sanggup jujur sama lo tentang hal yang satu ini! “ jawab Zie, dengan wajah tertunduk.
“ Gue udah anggep lo sebagai saudara sendiri. Gue selalu cerita perasaan gue terhadap Tata. Tapi, gue enggak nyangka Zie! “ Bersama dengan kekesalannya, nada suara Pue pun meninggi dan air matanya pun mulai jatuh di pipi. Zie hanya dapat terdiam. Merenungi kesalahanya selama ini terhadap Pue. Aku hanya dapat menenangkan Pue, agar dia berhenti menangis. Aku tidak bisa menyalahkan Zie sepenuhnya dan tidak bisa juga membela Zie.

Tiba-tiba....

“ Hayo! Lagi ngapain nih kalian? “ suara Fuad mengagetkan kami bertiga.

“ Eh neng, nape nangis? kok mata lo merah gitu PU! Ini lagi, udah bikin kaget anak-anak sekelas. Sekarang malah duduk termenung di sini! Ada apa sih Gin? Ceritain aja ke gue. Apapun masalah anda, temukan solusinya bersama Mr. Fuad! He..he..he …”

“ Udah, udah! Ngapain lagi sih Ad? Ini masalah Privacy kita. So, lo jangan ikut campur deh ! “ tegurku dengan nada agak sinis .

“ Yasudah, kalau enggak boleh tau. Ya ndak opo-opo toh neng! Tapi jangan pasang tampang serem situ, Gw Cuma mau minta buku Fisika kalian, Buruan mau dikumpulin enggak? “

“ Yaudah, ambil di meja gue! Ada di situ semua. Buku gue, Zie, dan Pue. “ pintaku dengan sedikit menyuruh.hehehe habisnya Fuad bikini bete sih.

“ Uh…dasar! Udah ngusir, pake nyuruh-nyuruh segala lagi! “ keluh Fuad manyun. Dengan sebal, Fuad akhirnya berlalu. Namun tiba-tiba Zie meninggalkan aku dan Pue. Aku jadi merasa kesal sendiri, masalah belum selesai malah dia pergi. Mungkin Zie belum siap. Yah, apa boleh buat. Dari pada pusing, mending dengerin MP3 dulu, sampai guru masuk.

Dua jam kemudian, suara gaduh anak-anak sekelas tidak terdengar lagi. Sepi, Sunyi, hanya ada suara gesekan kapur. Pak Bimo sedang menerangkan rumus-rumus Kimia di papan tulis. Sambil terus Pak Bimo mengeluarkan jurus-jurusnya yang membuat anak-anak sekelas sangat menyukai mata pelajaran kimia, karena cara yang diberikan Pak Bimo mudah dan juga evisien. Sorotan mata anak-anak hanya terfokus pada papan tulis hitam itu yang berisi penjelasan rumus-rumus Kimia. Dan beberapa saat kemudian, tawa anak-anak sekelas memecah kembali suasana. Memang selalu begitu, pada pelajaran kimia. Pak Bimo selalu menyelipkan humor di dalam metode cara mengajar. Pelajaran Kimia tanpa Pak Bimo mungkin akan menjadi sulit dan membosankan.

Jam dinding tua di kelasku itu, kini menunjukkan pukul 11.00. Aku masih duduk termenung, sambil memandangi foto Tio di Ponselku. Aku ingat, susah sekali mendapatkan fotonya. Setiap kali aku memegang ponselku, pasti dia menutupi wajahnya. Aku baru berhasil mengambil gambarnya, setelah berkejar-kejaran dengannya .Seakan-akan aku adalah fans beratnya dan dia adalah seorang bintang ternama. Aku selalu berfoto dengannya dengan wajah aneh. Katanya, berfoto dengan wajah aneh itu lebih asyik. Aku terus memandangi foto itu, aku paling senang dengan hidung Tio yang mancung dan kepalanya yang botak. Kalau dilihat-lihat wajahnya mirip Sammy, pemain film plus atlit basket itu loh. Rasanya aku rindu sekali padanya. Baru sekali ini aku merasakan betapa aku merindukan seseorang. Rasanya selalu ingin menangis bila mengingatnya, dan bahagia bila bertemu dengannya. Apakah ini yang dinamakan Cinta? Dua bulan sekali, aku baru bisa bertemu dengannya. Memang tidak terasa, kami sudah cukup lama berpacaran. Tapi aku berfikir, hubungan kami berdua lebih tepat dikatakan sahabat dari pada pacaran. Kalau boleh aku menilai, dia itu lebih pengertian dan lebih nyambung dengan ku, dibandingkan Zie dan Pue. Aku selalu takut akan kehilangan dirinya. Karena selama ini, hubungan kita baik-baik saja. Jarang ada masalah, mungkin karena faktor jarang bertemu. Tapi aku tidak lari dari segala kemungkinan apa yang dapat terjadi. Mungkin dia di sana menduakan aku atau bisa juga dia serius dengan hubungan kita ini .

“ Hei…teman-teman! Ada yang lagi kangen berat sama cowoknya nih ! “ suara Mila membuyarkan semua khayalanku. Aku langsung menyimpan ponsel ku ke dalam saku baju dan pergi meninggalkan tempat dudukku juga Mila yang masih berada di sampingku .

“ Yah, kok malah pergi ? Udahan mengkhayalnya ? Ha..ha..,” suara Mila dan tawanya yang menyebalkan itu, membuat aku kesal. Tapi aku tetap diam dan berusaha tenang .

“ Makanya, punya pacar jangan jauh-jauh donk ! Apa jangan-jangan itu Cuma pacar khayalan lo aja ? Kayak di film-film tuh! Iaw, males banget kalau jadi lo ya! “ ledek Mila dengan nadanya yang menyebalkan. Padahal aku sudah setengah membuka pintu kelas dan ingin pergi meninggalkan kelas, untuk menjauhi nenek sihir itu .

“ Udah ngomongnya? Mil, mending lo urus diri lo sendiri dulu baru lo urusin orang lain. Ingat mulut bisa menjadi senjata bagi diri lo sendiri ! “ sindirku kesal. Setelah itu, aku langsung melangkahkan kakiku keluar kelas. Dari luar, aku melihat wajah Mila yang merah padam karena kesal.

***

Angin tak bosan-bosannya berhembus di siang ini, membuat rerumputan dan pepohonan disekelilingku sibuk menari. Dan aku, kini sedang duduk di bawah pohon mangga tua yang cukup besar. Pohon ini melindungi kulitku dari teriknya matahari. Kedua bola mataku, menatap lurus ke sebuah lapangan berwarna biru. Benda bulat berwarna orange itu terus memantul dari tangan anak laki-laki itu. hampir setiap hari aku melihat anak itu bermain basket. Tubuhnya yang tinggi tegap membuatnya mudah memasuki bola basket ke dalam keranjang. Kulitnya terlihat agak gelap, bisa dibilang sawo mateng. Aku pikir dia cukup keren, ya enggak hanya aku saja sih yang bila dia keren, hampir semua cewek di sekolah ini bilang dia keren. Tapi anehnya, dia selalu bermain basket seorang diri pada setiap jam istirahat. Sekarang jam istirahat sudah lewat. Tapi dia masih saja terus bermain. Mungkin karena hari ini hampir semua jam pelajaran kosong. Tapi, aku jarang melihatnya pergi ke kantin? Setiap aku melewati kelasnya, dan melihatnya sedang serius membaca buku. Dia anak 2 IPA.

“Dorrr! “ sapa Pue mengejutkan aku dari belakang.

“ Lagi ngelamunin siapa sih? Tio ya! “ ledeknya padaku .

“ Ih, enggak sih. Salah tuh ramalan lo! Mau tauuuu aja ! “ jawabku sambil sedikit meledeknya.

“ Tuh main rahasia-rahasiaan kan? Lagi merhatiin kak Willy yah ? “ godanya berusaha merayuku.

“ Siapa lagi yang merhatiin orang enggak jelas begitu! Tiap hari selalu bermain sama sahabat setianya gitu. Tuh bola basket udah kayak sahabat karibnya aja. Coba aja lo liat tuh ! “ jawab ku .

“ Loh, loh, loh katanya barusan enggak lagi merhatiin kak Willy ! Tapi kok lo tau, tiap hari dia selalu main basket ?! “ tanya Pue, dengan wajahnya yang mencurigakan itu tapi sekaligus menggelikan bagiku. Habis kanyak SINCHAN!

“ Udah deh, jangan mulai introgasi gue gini ! yang jelas lagi kangen nih sama Tio. Udah baikkan belum sama Zie ? “

“ Belum. Tengsin ah minta maaf duluan sama dia. kan dia yang mulai, jadi dia yang harus minta maaf ke duluan ! “ jawabnya dengan raut wajah kesal. Lalu Pue langsung mengajakku kembali ke kelas.

Sepertinya susah sekali untuk mendamaikan mereka berdua. Sampai detik ini pun, mereka belum juga bertegur sapa. Dari balik jendela kelas, aku melihat langit mulai menghitam. Tampaknya hujan akan turun. Aku mengintip ke dalam tas merah muda ku. Ternyata hari ini aku tidak lupa membawa payung. Untunglah… aku berkata dalam hati. Padahal aku paling pikun kalau soal payung.

“ Teng, teng !!! “ Bel istirahat shalat akhirnya berbunyi juga.

“ Zie, shalat yuk ! “ ajakku.

“Sorry Gin, lagi halangan hari ini .” jawabnya. Halangan? Tumben? Biasanya, jadwal menstruasi kita sama bertiga. Tapi, kok tanggal segini dia udah dapet? Hah…..ini pasti gara-gara tadi.

“ Gin, udah yuk ! kita shalat duluan saja ! “

Tangan Pue tiba-tiba menarikku dan langsung mengajakku pergi.

Di jalan, aku hanya terdiam. Rasanya berbeda sekali. Biasanya, kita selalu bertiga kemana-mana. Ke kantin, ke koperasi, ke masjid, dan sampai-sampai ke WC pun kita bertiga. Tapi, hari ini aku berjalan hanya berdua.

Setelah selesai shalat, aku terpaksa meninggalkan Pue sendiri. Ada rapat redaksi Schonza. Itu adalah nama majalah sekolahku. Soalnya masih ada beberapa deadline yang harus diselesaikan. Aku menjadi salah satu pengurus di sana, bagian cerpen dan puisi tentunya. Aku senang di bagian ini. Apalagi kalau dapet pujian dari kepala sekolah karena cerpenku menarik. Rasanya seneng aja, bisa menghibur banyak orang lewat cerita karanganku.

“ Gin, gimana cerpen untuk edisi bulan depan udah kelar?” tanya Renhard ketua redaksi.

“ Sip, udah kok. Judulnya Sang Pujangga.” Jawabku.

“ Oh.. tentang cinta? Apa yang membuat cerita itu bernilai lebih?”tanyanya lagi dengan wajah serius. Beberapa anak menyimak pertanyaan Renhard dengan serius. Namun ada juga yang masih sibuk dengan file-filenya.

“ Hem, memang ini cerita tentang anak sekolah yang jatuh cinta. Ya sekali-kali enggak apa-apa kan ngobras tentang cinta? dari kemarin joke terus. Di sini gue buat cerita yang simple, tapi berkesan dalam. Gue memasukkan beberapa puisi karangan gue. Dan terdapat nilai moral yang bisa kita ambil untuk pelajaran dalam cinta. Gimana? “

“ Oke deal ! Gue percaya sama karya lu Gin. Periksa sekali lagi sebelum di edit Nugie. “ kata Renhard lagi. Aku mengangguk mengerti. Hem, aku harap cerpenku edisi kali ini, mendapat respon yang baik juga seperti edisi bulan lalu. Karena aku tidak ingin mengecawakan pembaca setia Schonza. Majalah SMA Pramita yang kabarnya udah terkenal sampai keluar sekolah. Hehehe…

Selesai rapat, aku kembali ke kelas. Terlihat Zie dan Pue masih berjauh-jauhan. Berjalan dari sudut yang berbeda. Mereka aneh, mau damai tapi seperti itu. Rasanya kepalaku ini pusing. Aku tidak mau berlarut-larut meninggalkan masalah ini. hanya karena si Tata yang kurang didikan itu, masa persahabatan harus renggang. Enggaklah yaw! Untuk itu aku mendekati mereka berdua.

“ Kenapa Gin? ” tanya Zie dan Pue dengan wajah bingung.

“ Hem…gue mau ngomong penting! Duduk dulu sini deket gue! ” pintaku. Mimik wajah mereka tegang sekali.

“ Sorry, Girls gw enggak sanggup liat kalian diem-dieman begini. Coba pikir deh kita sahabatan udah berapa lama? ” ucapku lagi.

“ Kurang lebih, Tiga tahun….” jawab Pue tertunduk.

“ Ok, tiga tahun. Zie, gue mau tanya jawab jujur! Lu juga Pue, jawab jujur ya?” Mereka berdua hanya mengangguk nurut. Dan saling berpandangan, lalu,” Zie lu enggak mau ngelanjutin hubungan TTM lo sama Tata kan? dan Pue, apakah lo masih berniat untuk balikan lagi sama Tata kalau Tata minta maaf?”

“ Zie, gue jawab duluan Gin, walau Tata minta maaf sama gue gimana pun caranya, gue janji enggak akan balik lagi!”

“ Zie? Gue minta maaf ya, gue khilaf. Gue enggak akan ngulangin ini lagi untuk yang ke dua kalinya. Bagaimanapun, gue lebih cinta dan sayang sama sahabat-sahabat gue. Tata enggak pantes untuk gue, dia hanya seorang penipu bermulut manis. Gue enggak mau kehilangan lu Pu….”

Indah sekali, begitu bermaknanya arti persahabatan itu. Akhirnya, aku berhasil mendamaikan mereka. kami bertiga saling berpelukan. Mungkin mata-mata di kelas ini, sedang heran melihat aku, Zie,dan Pue. Tapi biarlah, aku tak perduli. Perasaan ini yang merasakan hanya aku dan sahabatku.

Aku senang setelah mereka berbaikan mereka langsung bersenda gurau berdua. Hingga aku dilupakan. Tapi, tidak apalah. Lalu, seketika pandanganku tertuju pada seseorang yang sedang berjalan memasuki kelasku, tampaknya ia menuju ke arahku.

“ Hai, lagi ngapain Gin? “ sapanya ramah.

“ Um… Enggak lagi ngapa-ngapain kok. Ada apa ?”

“ Gue ada perlu sama lo Gin. Lo ada acara pulang sekolah? Hari ini padus? “

“ Enggak, hari ini padus lagi off? Memang ada perlu apa?”

“ Udah, gue enggak bisa ngomong di sini. Yaudah, nanti gue tunggu lo di depan gerbang sekolah ya! Bye, bye! “ Dani langsung berdiri dan pergi, dengan wajah tersenyum setelah berbicara denganku.

“ Ada apa ya? Tumben-tumbenan dia ngajak gue jalan? “ ucapku dengan heran. Tapi, kok gue seneng ya??

***

1st Chapter oleh Nuzula Fildzah

No comments: