Wednesday, February 13, 2008

Mati Suri

Mama Belum Mati!
Suasana haru yang penuh dengan isak tangis di pemakaman itu terganggu oleh sebuah teriakan histeris seorang gadis yang berlari-lari ke arah kuburan jenazah yang baru selesai dimakamkan. Gadis berusia belasan tahun itu menjerit-jerit memilukan seperti menahan sakit yang tak terkira. Gadis itu adalah anak tunggal almarhumah yang tampak tak rela dengan kepergian Ibunya.

“MAMA BELUM MATI!! MAMA BELUM MATI!!” Indah berteriak-teriak menubruk kerumunan para pelayat seperti kesetanan. Ia seperti hilang kesadaran dan tak terkendali. Bebearapa orang, termasuk Ayah, Oom, Tante dan sepupunya spontan menahan tubuh Indah mencoba menenangkan. Tapi tenaga dari tubuh gadis itu seperti meningkat berkali-kali lipat dari keadaan normal. Matanya yang telah bengkak dan lebam masih saja mengalirkan air mata sederas air terjun Niagara. Ayahnya memeluk tubuh Indah sekuat tenaga sambil berkata keras mencoba menyadarkan Indah.

“Indah, SADARLAH!!” bentak ayahnya. “Terimalah kenyataan! Ini semua sudah takdir!!” Suami itu tampak lebih tegar meskipun sebagian jiwanya yang dibawa istri tercinta mengguratkan kesedihan yang begitu dalam sama seperti putrinya.

Para pelayat ikut panic dan hanya bisa melihat Ayah dan anak itu dengan perasaan iba. Ada yang ikut menahan tubuh Indah yang meronta-ronta, ada juga yang hanya sekadar menghibur dengan kata-kata ‘sabar, tenang, nyebut! Dan sebagaian hanya berbisik-bisik, sisanya berdoa agar keluarga yang ditinggalkan almarhumah diberi ketabahan, terutama putrinya itu.

“Kasihan anak itu. Ia begitu menyayangi Ibunya sampai tak bisa menerima kenyataan bahwa Ibunya telah tiada.” bisik seseorang di antara kerumunan itu.

“Indah sepertinya menjadi gila!!” wajar saja, anak itu tak percaya takdir. Bahkan dari kesehariannya ia terlihat seperti orang yang tak percaya Tuhan. Ia tahu bahwa kematian tak dapat dielakan. Tapi ini keterlaluan, ia menganggap Mamanya belum waktunya meninggal!” seorang Ibu, tetangga yang tinggal di sebrang rumah Indah yang merasa tahu segalanya tentang keluarga Indah berbisik pula pada suaminya.

“Begitulah jadinya kalau anak tidak dilandasi dasar agama yang kuat Ma. Aku tak ingin Vera nanti seperti Indah!” suaminya itu menatap anaknya yang masih kelas lima SD seolah tak sudi anak gadisnya kelak seperti gadis yang mengamuk di pemakaman itu.

“Cntyha!! Kamu kenal aku lebih dari siapapun! Cuma kamu yang percaya sama dan bisa kupercaya. Kamu percaya kan kalau Mamaku belum meninggal?” Indah bertanya dalam isak tangis dan jeritan histeris serta deraian airmata tak tertahankan. Ia berharap ada seorang saja yang mempercayai kata-katanya. Dan hanya Cynthia, sepupu dan orang terdekatnya yang tahu Indah memiliki kelebihan yang tak dimiliki orang biasa. Tapi… Cynthia bingung, ini sudah di luar batas dimana ia harus bisa percaya dengan kenyataan yang terjadi di depan matanya.

“Aku percaya Ndah!” jawab Cnthya akhirnya, membuat ayah Indah dan orang tuanya sendiri kaget. Ada sedikit binary harapan dalam mata Indah. “Aku percaya bahwa Tante tak akan pernah meninggalkan kita. Ia hidup abadi di hati kamu Ndah. Di hati kita semua yang menyayanginya.” jawaban Cynthia cukup melegakan semua orang di tempat itu.

Tapi tidak demikian dengan Indah. Ekspresi wajahnya kembali lagi menjadi muram ditambah sedikit kekecewaan yang timbul pada orang yang paling dipercayai dan mempercayainya. Indah terdiam sejenak. Semua yang didekat Indah, yang menahan ronta tubuhnya mengira Indah seperti mulai mengerti kalau Cnthia telah menyadarkan Indah. Perlahan-lahan tangan-tangan yang menahan tubuh Indah mengendur bahkan hamper hamper terlepas.

Rupanya kesempatan itu tak disia-siakan Indah. Dengan cekatan, Indah terlepas seperti sapi gila yang mengamuk menghancurkan kandangnya. Semua orang di prosesi akhir penguburan itu menjadi lebih panic dari sebelumnya. Tak pernah sekalipun semua yang ada di sana menyaksikan suasana pemakaman yang begitu dramatis.

Seperti orang gila Indah mencakar-cakar tanah kuburan Mamanya seperti hendak menggali. Melihat kelakuan anaknya yang sudah tak terkontrol, Ayahnyapun tak bisa menahan amarahnya yang memuncak. Ia begitu murka bercampur malu. Kini, ayah itu yang lepas kendali dan menghampiri anak semata wayangnya untuk menamparnya.

“Akan kubuktikan pada kalian semua yang ada di sini!! Mamaku masih hidup. Ia tersiksa di dalam kuburan ini! Kehabisan nafas dan minta tolong padaku. Pada kita semua!!”

“INDAH!!”

Kata panggilan itu yang terakhir kali didengar indah> Untuk pertama kali dalam hidupnya, ayahnya menampar Putri kesayangannya sendiri dengan sangat keras. Indah tersungkur di depan kuburan Mamanya, ia pingsan dengan darah yang keluar dahinya karena membentur papan kuburan. Pipi, kepala dan hatinya sangat sakit sekali.

“Mama…” kata terakhir yang diucapkannya dalam ksadaran terakhirnya pula. Dan diantara sadar dan tidak, dalam waktu seperseribu detik ia melanjutkan, “MAaf… Indah tidak bisa menyelamatkan Mama…”
***

Kalian percaya bahwa ada kehidupan setelah mati? Atau ada yang namanya reinkarnasi; bahwa kita akan terlahir dan hidup kembali dalam dunia dan kehidupan yang berbeda dengan sebelumnya? Kalian percaya bahwa surga dan neraka itu ada? Atau yang lebih sensitive dan hedonis; kalian percaya adanya Tuhan; pencipta segalanya yang membuat kehidupan, kematian serta surga dan neraka?

Silakan jawab dalam hati kalian sesuai dengan kepercayaan dan keimanan masing-masing. Aku tak akan mengganggu dan mempengaruhi kepercayaan kalian dengan kalimat-kalimatku yang jika terucap akan menjadi sebuah kontroversi. Sembilan puluh sembilan persen dari kalian taka nada yang setuju dengan apa yang kupercaya. Bahkan aku yakin dari kalian akan ada yang menghujat dan mengklaim diriku sebagai setan berwujud manusia yang akan menyesatkan kalian. Jadi, mari kita sama-sama diam dan mencari topik lain.

Aku percaya kehidupan karena sedang mengalaminya. Juga percaya kematian karena sering menyaksikannya. Keduanya begitu jelas. Begitu dekat dan nyata. Tapi jangan lupakan hal yang ada di antara keduanya. Hal yang mungkin tak semua orang bisa atau pernah mengalaminya. Keadaan di antara hidup dan mati. ‘Mati Suri’.

Kau tak merasa hidup tapi juga belum mati. Jantungmu berhenti berdenyut tapi kau masih merasa hidup dalam jasadmu sendiri. Atau sebaliknya, semua organ dalam dan luar tubuhmu masih berfungsi, tapi kau hilang kesadaran dan syaraf otakmu kehilangan fungsinya. Keadaan ini adalah apa yang disebut dengan ilmu medis dengan keadaan ‘koma’. Mungkin para ahli medis dan ahli bahasa sependapat dengan mengibaratkan kehidupan seperti spasi dan kematian adalah titik. Maka mati Suri adalah koma.

Aku punya sebuah masa lalu dan kelebihan yang tidak mungkin bisa kalian percayai jika tak kuceritakan dan kuperlihatkan buktinya. Tapi biarlah itu menjadi misteri yang tersimpan dalam memori.

Aku hanya ingin mengundang kalian semua yang pernah merasakan hal itu. Yang pernah koma dan bisa melaluinya dengan selamat untuk kemudian hidup lagi. Yang pernah hidup dalam ruang ICU dengan selang-selang infuse dan peralatan medis tapi sebenarnya nyaris sedang menuju kematian.

Atau yang pernah mengalami amnesia yang kini sudah sembuh ataupun belum dari ingatannya. Karena banyak yang mengatakan orang yang amnesia itu seperti diberi kesempatan hidup dua kali. Bisa memulai kehidupan lain dari nol tanpa mengetahui kehidupan sebelumnya. Seperti yang pernah Mati suri sepertiku.

Atau yang merasa yakin sepenuh hati bahwa dirinya adalah bukan dirinya. Bahwa anda adalah jiwa yang bereinkarnasi yang terperangkap dalam tubuh orang lain dan salah terlahir masuk ke zaman ini, tapi tak bisa kembali dan tak tahu caranya hingga mau tak mau tetap menjalani hidup ini dengan mencari identitas diri. Sma seperti yang pernah mengalami Mati Suri.

Juga buat kalian yang mempunyai ‘kelebihan’ yang tidak dimiliki atau hanya dimiliki oleh segelintir manusia. Yang berhubungan dengan metafisik, supra natural, hal-hal mistik dan ganjil seperti bisa meramalkan masa depan atau melihat mahluk gaib dan semacamnya.

Mari bergabung denganku bersama orang-orang yang mencari tujuan hidup. Yang bertanya-tanya ‘Kenapa harus hidup jika kemudian harus mati lagi?’, ‘Kenapa dilahirkan jika kelak akan dikuburkan?’, ‘Kenapa kita berbeda dengan orang lain dan manusia-manusia normal lainnya?’, ‘Kenapa kita merasa spesial tapi sekaligus terasingkan dari dunia fana ini?’

Mari kita bertemu di dunia maya ini. Berdiskusi dan mencari solusi. Mungkin sesekali bertemu di dunia nyata di antara sekumpulan manias-manusia normal yang merasa tak punya beban dan tanggung jawab dengan menjalani hidup apa adanya.

Mari kita ciptakan dunia kita sendiri. Kita ciptakan dunia abadi dan pergi kea lam itu; alam mati suri yang akan kita temukan. Dunia Utopia dimana tak ada kebenaran dan kejahatan, pahala dan dosa. Yang tidak ingin hidup di dunia fana tapi tak mau mati saja dan ‘tak ada’. Yang ingin jasadnya tak rusak tapi tak mau diabadikan seperti binatang yang diawetkan di museum. Yang peraca bahwa dunia sejenis alam mimpi itu ada jika kita cari.

Jika kalian sepemikiran denganku, segila aku dan setak normal aku, mari bergabung. Kirimkan email kosong ke alamat milis di bawah. Kita akan membicarakannya, mencari solusinya dan menuju ke sana…

Hanya bagi yang merindukan kematian tapi tak menginginkannya. Yang merasa hidup ini adalah bukan untuk ‘sekadar hidup’ tapi tak pernah berpikir bodoh untuk bunuh diri. Untuk yang takut pada kedatangan maut tapi senang dan berani membicarakannya. Untuk yang ingin merasakan keabadian dalam kematian yang menghidupkan…

Salam,
Suri
1st Chapter by Ceko, pemenang Lovefool Writing Contest

1 comment:

cekospy said...

CIHUY!!!
Dipublish juga akhirnya. Hehe...
Eh,eh,eh. Mo diralat bisa nggak? Sebenernya judul Novelnya "Mati Suri". Aku selalu namain 'puzzle' untuk mengganti kata Bab buat Novel-novel yang dibikin setengah-setengah. Soalnya ini novel pertamaku yang serius dan 'Sangat enggak Ceko Banget.' Bukankah Penulis itu harus bisa berbagai gaya Penulisan dan enggak mesti berpatok pada satu aliran/ genre tertentu? Oya, tadinya aku mo ngajak duet novel Mati Suri ini sama Ayu Prameswary. Tapi karena misscomunication, Ayu beum juga bikin puzzle lanjutannya. So, kalo ada Ayu lewat sini. Sori ya, aku nggak bilang dulu, karena kita berdua sama-sama sibuk dengan kegiatan kita masing-masing kan?