Monday, August 3, 2009

M-31

Prolog

Hei? Dimana ini? Padang rumput yang ditumbuhi berbagai bunga yang indah. Danau dengan bening airnya hingga ku mampu melihat ikan-ikan yang berkejaran di bawah permukaan air. Aneh. Tempat ini terasa tidak asing bagiku. Rasanya aku pernah ke tempat ini. Tapi mungkin tidak sendiri. Kenapa aku bisa ada disini? Apa ini mimpi? Atau apakah aku pernah berjanji bertemu dengan seseorang di tempat ini????

Dan... Mengapa tiba-tiba gelap? Kemana semua bayangan indah yang aku lihat tadi? Ukh.. Silau.. Cahaya apa ini? Aku tak dapat melihat apa-apa. Terlalu silau. Hei? Cahaya tadi mulai redup. Kini perlahan-lahan cahaya tersebut hilang. Tapi kini aku sadari aku sudah tidak berada di tempat tadi. Kini aku berada disuatu tempat yang berbeda dari sebelumnya. Aku melihat banyak barang-barang yang umumnya di temukan di dalam laboratorium. Atau memang ini sebuah LABORATORIUM?? Apa maksudnya ini? Mengapa aku bisa ada disini? Semua yang ada disini begitu menyeramkan. Banyak tabung kaca disini. Setelah aku dekati barisan tabung kaca itu, aku sangat terkejut karena yang aku lihat ini sangat mengerikan. Ada hewan, manusia, dan..... makhluk yang bukan manusia atau hewan?? Lalu makhluk apa ini?? Monster?? Lalu apa maksud dari semua ini?? Sebenarnya tempat apa ini?? Aku memberanikan diri untuk melihat isi tiap tabung. Sungguh mengerikan. Tapi ada satu tabung yang sangat mencuri perhatianku. Tabung yang berada di ujung ruangan. Isinya seperti.. Manusia? Kemudian aku mendekatinya dengan seksama. Kini jarakku dengan tabung tersebut sangat dekat. Aku melihat seorang lelaki di dalam tabung itu. Jelas sekali. Sekilas aku sangat mengenal lelaki itu. Lelaki itu sangat mirip dengan.. aku?? Apa maksudnya ini?? Mengapa ada diriku di dalam tabung itu? Aku hanya bisa tercengang melihatnya. Sesaat perhatianku teralihkan pada tabung di sebelah tabung yang berisi diriku. Kali ini aku melihat seorang..wanita?? Dia siapa? Sepertinya aku pernah mengenalnya. Lalu aku mengamati hal-hal lain disekitar tabung itu. Aku menemukan tulisan “M-31” pada tabung yang berisi diriku dan wanita itu. Apa maksud dari tulisan itu? Apa itu hanya sekedar codename? Tapi mengapa aku melihat gambar belalang dibawah tulisan “M-31” yang ada pada tabung yang berisi diriku?

Hei? Mengapa tiba-tiba apa yang aku lihat kini lebih mengerikan? Laboratorium tadi terbakar! Semua tabung kosong! Termasuk tabung yang berisi diriku. Dimana semua hewan, manusia, dan monster itu? Bukannya itu wanita yang tadi aku lihat? Tapi mengapa kali ini dia tampak terluka parah? Mengapa dia berteriak “X-31”? Apa maksudnya semua ini?

Hahh.. Aku terbangun. Aku menoleh ke kanan dan kiri kemudian mencubit pipiku untuk memastikan aku hanya bermimpi. Dan syukurlah, aku hanya bermimpi. Huft..

Sebelumnya aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Yoga Satria tapi aku biasa dipanggil Yoh. Umurku 18 tahun. Aku tidak berbeda dengan remaja-remaja seusiaku. Hanya seorang remaja biasa yang beranjak dewasa. Baru saja seminggu aku pindah ke Indonesia. Sebelumnya aku tinggal di jepang bersama adik dan ayahku. Kini aku hanya hidup berdua dengan adik-ku. Ayahku, Hiro Satria adalah seorang peneliti yang sangat jenius. Namanya mungkin terdengar cukup aneh. Mungkin sekilas nama beliau mengandung unsur Jepang. Yup, beliau memang masih keturunan orang Jepang. Tapi beliau tetap berkewargaan Indonesia karena beliau sangat mencintai Indonesia. Tempat beliau dilahirkan. Tetapi ayahku tewas dalam kecelakaan pesawat saat hendak menuju Indonesia satu tahun yang lalu. Sampai sekarang jasadnya pun tidak pernah ditemukan. Tapi bagi kami, beliau adalah ayah yang sangat baik. Kami sangat merindukannya. Lalu..

“Kak, udah siap belum!!”,

Weits.. Cempreng banget. Yup itulah suara adik-ku. Cempreng sekali.

“Kak, udah jam berapa ini?! Cepat turun!!”,

Astaga... Mengapa hari ini dia sangat cerewet sekali? Astaga!! Aku lupa!! Hari ini aku harus mengantar adik-ku ke tempat ujian untuk mendapatkan beasiswa S2-nya. Well, sebelumnya aku perkenalkan dulu adik-ku ini. Adik-ku, Rina Satria adalah seorang gadis remaja berumur 17 tahun yang sangat enerjik. Selain itu dia sangat cantik apalagi dengan kulit putihnya dan lesung pipinya itu yang membuatnya tampak imut. Belum lagi dengan rambut ikal dan tingginya yang semampai, dia tampak sangat manis. Hanya ada satu kekurangannya, suaranya cempreng. Penampilannya tidak jauh berbeda dengan remaja seusianya. Suka segala hal yang imut. Suka mengoleksi aksesoris yang berhubungan dengan anime. Suka menyimpan foto-foto aktor drama korea dan lain sebagainya. Tapi ada satu hal yang membedakan dirinya dengan remaja-remaja seusianya. Rina telah menyelesaikan S1-nya di Jepang pada usia 16 tahun dan kini dia berusaha mendapatkan beasiswa S2-nya di Indonesia. Aku sendiri juga tidak percaya. Tapi dia memang benar-benar jenius. Dia sangat mirip dengan ayah. Jika melihat dirinya, aku jadi teringat ayah. Tapi mengapa aku tidak? Ah biarlah.

Aku segera turun dan masuk ke kamar mandi. Secepat mungkin aku mandi, gosok gigi, dan segera lari ke kamar lalu ganti baju. Aku lupa aku tadi berlari pake handuk atau tidak. Tapi yang jelas tidak ada orang yang melihatku. Aku melihat sesaat ke arah jam dinding di kamarku. Jarum panjang berada pada angka 12 dan jarum pendek berada pada angka 6. Berarti udah jam 6 pagi! Padahal Rina akan ujian beasiswa S2 jam setengah 8! Belum lagi tempat ujiannya berjarak kurang lebih satu jam dari rumah. Belum lagi jika jalanan macet. Aku harus cepat-cepat!

“Kak, ayo cepetan! Tar aku terlambat lagi!”, teriak Rina lagi.

“Iya..!”,jawabku sambil buru-buru memakai celanaku.

Aku segera mengambil kunci motor lalu berlari menuju garasi untuk memanaskan motorku. Motor Honda CBR berwarna merah kesayanganku yang dulu aku beli bersama ayah. Melihatnya membuatku semakin merindukan ayah.

“Kak, ayo cepetan!!”, Rina memanggilku lagi dengan suara yang agak keras memastikan aku sudah siap.

“Iya!”, jawabku seketika.

Aku pun membuka garasi dan mengeluarkan motorku. Di depan rumah, aku lihat Rina sudah siap dengan kemeja putih dan celana jeans hitam dengan sebuah bandana biru muda yang membuatnya tampak semakin cantik dan manis. Andai dia bukan adik-ku, aku pasti akan menaksirnya. He.. He..

“Ayo kak..!!”, teriak Rina lagi dan lagi sambil menaiki motor.

Aku segera memakai helm SHOEI-ku lalu segera menjalankan motor. Bersama CBR-ku, kami melewati padatnya jalan-jalan protokol Surabaya. Matahari pagi pun seperti menyapa kami dengan sinarnya yang hangat. Yah, aku harap hari ini akan berjalan dengan baik-baik saja. Semoga..
.....................................

Asap Hitam

Kurang lebih satu jam kami melintasi kota Surabaya menuju tempat ujian beasiswa S2 Rina. Awalnya kami kira kami sudah telat. Tapi ternyata ada hal lain yang lebih mencengangkan. Kami melihat asap membumbung tinggi dari arah tempat ujian beasiswa akan berlangsung. Aneh. Tapi memang asap itu muncul dari arah yang kami tuju. Sesaat aku menoleh ke belakang. Aku melihat betapa shock-nya Rina ketika melihat kumpulan asap itu.

“Rin, kamu kenapa?”, tanyaku pada Rina.

“Oh, gak papa kok kak.”, jawab Rina dengan sedikit gemetar.

“Moga saja firasatku salah”, lanjut Rina sedikit berbisik.

Eh? Salah? Maksudnya apa itu? Aku jadi semakin tidak mengerti akan apa yang telah terjadi. Mengapa Rina sampai berkata seperti itu?

“Salah? Salah apa Rin?’, tanyaku lagi.

Rina hanya terdiam. Dia tidak menjawab pertanyaanku lagi. Dia seperti menyembunyikan sesuatu akan kejadian ini. Melihat itu aku langsung menghentikan mototrku.

“Maksudmu apa tadi? Apanya yang salah?”, tanyaku lagi dan lagi.

“Tidak kak. Ayo kesana.”, pintanya padaku.

Mendengar itu pun aku langsung segera menjalankan motorku lagi. Aku juga membuang semua pikiran-pikiran buruk-ku yang tadi. Aku berusaha percaya pada Rina. Bersama, kami segera menuju kepulan asap itu berasal. Rasa penasaran kini menghantuiku.

Kira-kira hanya lima menit kami sudah tiba di tempat tujuan. Setibanya disana, kami sangat terkejut. Tempat yang seharusnya berisi para peserta ujian, tempat yang seharusnya penuh dan ramai, tempat yang seharusnya diisi para pencari ilmu, kini telah terbakar. Saat kami tiba pun masih ada ledakan-ledakan kecil. Mayat-mayat bergelimpangan dimana-mana. Bahkan ada yang tidak utuh. Pemadam kebakaran dan petugas medis juga sibuk memadamkan api dan mengevakuasi para korban. Polisi pun sibuk mengamankan situasi yang kacau itu. Benar-benar tragis. Baru kali ini aku melihat pemandangan yang begitu mengerikan.

Sesaat aku melihat wajah Rina. Dia tampak begitu ketakutan. Sangat ketakutan bahkan. Seperti akan ada sesuatu yang sangat amat buruk akan terjadi. Tapi dia berusaha tetap tenang dan menyembunyikan sesuatu dariku. Aku tahu pasti ada yang tidak beres disini. Tapi apa ini ada hubungannya denganku? Apa ini ada hubungannya dengan mimpiku?

“Rin, sebenarnya apa yang terjadi?”, tanyaku lagi pada Rina yang tampak ketakutan.

“Gak apa-apa kok kak. Mungkin hanya ledakan gas.”, jawabnya padaku.

Awalnya aku tidak percaya dengan kata-kata Rina. Karena jika ini ledakan gas, mengapa ada mayat yang terpotong-potong? Seperti tubuh mereka dicabik-cabik oleh sesuatu. Tapi menurut orang-orang yang ada di tempat kejadian memang semua ini disebabkan oleh ledakan gas. Tapi apakah wajar ada ledakan gas di sebuah tempat ujian? Bukankah biasanya ledakan gas itu di restoran atau rumah makan? Mengapa harus di tempat ujian? Aku mulai merasa ada yang tidak beres disini.

Duuaarr..!! Tiba-tiba terjadi ledakan yang cukup besar dari gedung yang terbakar itu. Semua orang yang berada di sekitar tempat kejadian sangat terkejut. Mereka ketakutan dan berlarian kesana-kemari. Suasana benar-benar panas. Polisi yang berada di tempat kejadian berusaha menenangkan massa yang panik. Namun tetap kurang terkendali. Pemadam kebakaran yang berada di tempat kejadian juga berusaha mengevakuasi para korban. Tapi entah kenapa di dalam situasi yang panas itu, perhatianku terfokus ke dalam kobaran-kobaran api yang semakin membesar. Aku melihat sesosok bayangan yang menyerupai manusia.

“Rin, kamu lihat itu?”, tanyaku pada Rina sambil menunjuk ke arah bayangan yang aku lihat tadi..

“Bayangan? Bayangan apa? Aku gak lihat apa-apa kak.”, jawabnya.

Aneh. Aku heran mengapa Rina tidak dapat melihat bayangan itu. Padahal bayangan itu dapat aku lihat dengan sangat jelas. Ini aneh. Belum lagi firasatku yang mulai tidak enak. Mungkin ini salah. Tapi aku merasa seperti ada yang mengawasiku. Ya, aku rasa bayangan itu mengawasiku. Apa ini perasaanku saja atau cuma sugestiku saja? Aku benar-benar bingung. Yah, semoga saja firasatku salah. Cukup lama aku dapat melihat bayangan itu. Tapi tiba-tiba bayangan itu hilang begitu saja di tengah kobaran api. Wew,, mungkin bayangan itu hanya khayalanku saja.

“Kak, kakak kenapa?”, tanya Rina yang membuatku tersadar dari semua pikiran-pikiranku yang mulai tidak jelas.

“Eh? Nggak kenapa-kenapa kok. Tapi tadi aku lihat ada bayangan manusia di dalam kobaran api. Bener Rin kamu tadi tidak lihat apa-apa?”, tanyaku lagi memastikannya.

Rina hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya saja. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa ada yang aneh pada Rina. Dia menoleh kesana-kemari seperti mencari sesuatu. Sejenak dia terdiam lalu berlari meninggalkanku tanpa menghiraukan aku yang ada di sebelahnya. Aku heran, mengapa Rina juga jadi ikut-ikutan aneh hari ini?

Aku melihat Rina berlari ke dalam kerumunan massa yang panik. Aku tak tahu mengapa saat itu aku hanya mampu terdiam dan tidak langsung mengejarnya. Duarr..!! Tiba-tiba terjadi ledakan yang seolah-olah membangunkan aku dari lamunanku. Aku langsung berlari mengejar Rina yang mulai menghilang di tengah kerumunan massa. Tapi terlalu ramai. Rina hilang dari pandanganku. Aku bingung harus mencarinya kemana. Aku pun berlari kesana – kemari sambil memanggil namanya. Tapi nihil!Aku benar-benar kehilangan dia!

Tiba-tiba langkah kakiku terhenti seketika. Berat sekali untuk melangkah. Entah kenapa kali ini perhatianku teralihkan pada seorang wanita yang berjalan mendekatiku. Aku heran. Aku merasa tidak asing dengan wajahnya. Seperti aku pernah melihatnya tapi aku lupa. Wanita itu terus berjalan mendekatiku. Aku pikir dia akan melewatiku begitu saja. Ternyata wanita itu berhenti tepat di belakangku.

“Akhirnya aku menemukanmu.”, kata wanita itu setengah berbisik padaku.

Aku yang mendengar itu hanya bisa terdiam tanpa berani menoleh ke arahnya. Seketika badanku berkeringat. Jantungku pun berdegup sangat cepat. Rasanya aku seperti terkena tekanan yang cukup berat. Walau begitu, aku masih tidak mengerti apa maksud ucapannya. Saat aku menoleh untuk menanyainya, wanita itu hilang. Aku terdiam cukup lama. Tiba-tiba memori-memori yang cukup samar mulai muncul dalam ingatanku. Pikiranku mulai kacau. Saat aku mulai mengingat sesuatu yang hilang, seketika itu pula aku tersadar kalau aku telah kehilangan Rina. Aku bingung harus mencarinya kemana.

Duarr..!! Tiba-tiba terjadi ledakan selanjutnya. Massa yang sebelumnya mulai tenang kini kembali panik dan berlarian kesana-kemari. Disaat itulah aku melihat Rina. Dia berada di dekat... AMBULANCE?? Apa yang dia lakukan disana? Aku pun segera menyusulnya melewati kerumunan massa yang panik dan tidak dapat dikendalikan. Dari jauh Rina seperti sedang berkomunikasi dengan seseorang yang berada di dalam ambulance. Wajahnya sangat serius saat berhadapan dengan orang itu. Seperti menyadari keberadaanku, dia segera meninggalkan ambulance dan berlari ke arahku. Entah kenapa seperti ada sesuatu yang melayang ke arah Rina. Aku melihatnya dengan seksama. Semakin dekat dan semakin jelas. Sesuatu itu tampak seperti.. Mobil?? Benar itu mobil?? Aku yang sangat terkejut segera berlari ke arah Rina yang hanya bisa terdiam melihat mobil yang akan jatuh menimpanya. Aku pikir aku tak akan sempat. Aku tidak punya cukup waktu untuk sampai di tempatnya. Entah kenapa ketika aku merasa aku akan kehilangan orang yang aku cintai, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang tidak biasa muncul dari dalam diriku. Dalam sekejap saja aku bisa berada di tempat Rina. Bahkan sebelum mobil itu jatuh menimpanya. Tapi kami tak dapat menghindar lagi. Waktu kami tidak cukup untuk melarikan diri. Aku lalu melompat dan mendekap Rina sekuat-kuatnya dan menjadikan tubuhku sebagai tameng untuk melindunginya. Aku pikir inilah akhir hidup kami berdua. Aku pasrah.. Bruuaakk..!! Terdengar bunyi yang cukup keras.

Aku pikir aku telah mati. Tapi..

“Kak, bangun.. Kakak gak apa-apa kan?”, tiba-tiba suara Rina terdengar olehku.

Mungkin ini hanya ilusiku. Mungkin hanya sebuah ilusi dari seseorang yang telah mati. Namun,, Aw! Ada yang mencubit pipiku! Aku segera membuka mataku dan.. Hei? Aku masih hidup?? Bagaimana bisa?? Bukankah badanku sudah remuk tertimpa mobil?? Eh, mobil? Mana mobil yang seharusnya menimpaku tadi? Bukankah seharusnya mobil itu menimpaku? Saat itu juga aku langsung melihat sekelilingku dan saat itu pula aku menyadari bahwa mobil yang tadinya melayang ke arahku, kini hancur seperti terpental oleh sesuatu. Cukup jauh mobil itu terpental dari dimana tempat benda itu seharusnya jatuh. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku benar-benar tak mengerti. O, iya! Bukannya aku tadi mendengar suara Rina? Aku langsung melihat Rina dan memastikannya baik-baik saja. Tapi yang aku lihat hanya wajahnya yang memerah.

“Kak,,bisa,,minggir gak?”, tanyanya padaku.

Aku yang tadinya mendekap Rina langsung panik dan berdiri melepasnya dari dekapanku.

“Maaf Rin. Kakak tidak sengaja”, jawabku lagi.

Rina kemudian berdiri dan hanya menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya saja. Tapi aku tetap heran mengapa wajahnya bisa semerah itu. Bukannya aku ini kakaknya ya? Well,, tidak cukup waktu bagiku untuk memikirkannya dan tanpa ba-bi-bu lagi kami menjauh dari tempat itu.

Tak seberapa jauh melangkah, tiba-tiba seorang lelaki muncul dan menghadang aku dan Rina. Aneh. Lelaki itu tidak melakukan apa-apa. Ia hanya diam layaknya patung di hadapan kami.

“Ada apa? Kenapa menghalangi jalan kami?”, tanyaku pada lelaki itu.

Ia masih tidak bergeming. Yang dia lakukan malah menatap kami dengan tatapan yang tajam bagai singa yang hendak menangkap mangsanya. Kemudian hal yang aneh terjadi. Entah apa sebabnya tiba-tiba ia tersenyum mengerikan pada kami. Rina yang melihat itu pun langsung bersembunyi di belakangku. Keanehan-keanehan lain pun mulai bermunculan. Badannya membesar. Seluruh tubuhnya mulai ditumbuhi rambut-rambut yang tebal. Kukunya memanjang. Belum lagi ekor yang keluar dari bokongnya. Gigi yang tadinya ia perlihatkan pada kami pun berubah menjadi taring-taring yang sangat besar dan tajam. Wajahnya pun semakin lama semakin menyeramkan seolah-olah menyerupai singa. Singa?? Ya, tepatnya manusia setengah singa. Lelaki itu kini telah menjelma menjadi monster yang sangat mengerikan. Benar-benat mengerikan. Makhluk itu menatap kami tajam seperti hendak memangsa kami. Ia pun membuka mulutnya dan terlihat semua gigi-gigi taring yang siap mengoyak apa pun yang di gigitnya.Tapi makhluk itu tidak bergerak. Ia hanya menatap kami.

Melihat hal itu, Rina menjadi sangat ketakutan. Aku melihat air mata ketakutan yang hampir menetes dari matanya. Badannya pun gemetaran. Aku pun berusaha menenangkannya.

“Tenang Rin, dalam situasi seperti ini kita harus tenang.”, bisikku pada Rina.

Rina hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Aku tahu dia sangat ketakutan. Sebenarnya aku juga takut, tapi aku tetap berusaha memberanikan diri untuk melindungi adikku. Walaupun itu berarti aku harus kehilangan nyawaku, aku siap.

“Makhluk apa itu kak?”, tanya Rina sambil berbisik padaku.

Celakanya makhluk itu malah bereaksi pada suara Rina. Monster itu pun mendekati kami Kami berdua hanya bisa terdiam saat makhluk itu mendekati kami. Tangan Rina yang memegang tanganku terasa amat dingin. Rina benar-benar ketakutan. Makhluk itu hanya diam sambil menatapku saat jarak kami dan makhluk itu sangat dekat. Kurang lebih dua jengkal dari wajahku. Tiba-tiba makhluk itu mengaum pada kami. Rina langsung menjerit. Di saat itulah makhluk itu bereaksi lagi pada suara Rina. Ia mengangkat cakarnya tinggi-tinggi hendak menyerang kami. Entah kenapa tiba-tiba keberanianku muncul dan....

“HHHEEEEAAAAHHH...!!!”, teriak-ku

Lalu...

“DUAG..!!”

Aku menendangnya dengan seluruh kekuatanku hingga makhluk itu......terlempar?? Mana mungkin?? Masa monster sebesar itu dengan gampangnya terlempar karena tendanganku?? Aku langsung mencubit pipiku untuk memastikan aku tidak bermimpi. Rupanya bukan aku saja yang terkejut. Ternyata semua orang yang berada di sekitarku termasuk Rina juga melihatnya. Mereka hanya melongo seakan-akan melihat suatu kejadian yang sangat ajaib. Sebenarnya aku juga heran. Padahal aku pikir tendanganku tidak kena, tapi kenapa makhluk sebesar itu bisa terlempar?? Ini aneh. Jelas aku tak mungkin punya kekuatan super seperti superhero-superhero di televisi. Tapi sebelum aku menemukan jawabannya, Rina menarikku pergi dari tempat itu.

................................

Aku mengikuti Rina kemanapun dia menarikku. Rupanya dia menarikku menuju ambulance dimana aku melihat Rina sebelumnya. Saat aku masuk ke dalam ambulance, aku melihat seorang lelaki tua yang sekarat. Darah mengalir dari seluruh bagian tubuhnya yang terluka. Sesaat beliau melihatku dengan seksama. Kemudian beliau tersenyum padaku. Aku tak mengerti apa yang membuatnya tersenyum padaku. Beliau pun memanggil Rina agar lebih mendekat padanya. Ia lalu berbisik pada Rina. Rina juga seperti mengerti apa yang dikatan lelaki tua itu. Tak berapa lama lelaki tua itu pun menghembuskan nafas terakhirnya. Rina yang melihat hal itu langsung memeluk tubuhnya dan menangis sejadi-jadinya. Aku yang melihat hal itu hanya bisa terdiam. Aku benar-benar tak mengerti apa yang telah terjadi. Sepertinya ada rahasia besar dalam diriku. Tapi apa?

Cukup lama Rina menangisi kepergian lelaki tua itu. DUAR..!! Terjadi ledakan berikutnya. Aku segera melihat keluar ambulance. Ternyata kali ini bukan ledakan di dalam gedung melainkan ledakan sebuah mobil. Rupanya itu ulah monster yang tadi. Sepertinya ia masih mencari Rina. Polisi-polisi yang berada di tempat kejadian juga tidak mampu menghentikan ulah makhluk itu. Bahkan beberapa polisi ikut terluka karena ulahnya. Aku yang melihat kejadian itu segera masuk ke dalam ambulance dan memaksa Rina pergi dari tempat itu.

“Rin, ayo kita pergi dari sini! Terlalu berbahaya bagi kita kalau berlama-lama disini!”, seruku pada Rina.

Mendengar itu Rina segera menyeka air mata yang membasahi wajahnya. Agak lama ia memandangi wajah lelaki tua tadi kemudian menarik tanganku meninggalkan ambulance. Kami pun segera berlari menuju motorku. Tiba-tiba terdengar auman monster itu. Saat aku melihat ke belakang, ternyata makhluk itu mengejar kami.

“Kak,,! Monster itu mengejar kita,.!”, seru Rina

“Aku tahu! Teruslah berlari!!”, seruku lagi.

Tiba-tiba sekelebat bayangan melewati kami. Ternyata itu bayangan dari monster tadi. Makhluk itu melompat dan mendarat di depan kami! Kami yang kaget pun langsung terjatuh. Kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Monster itu mengaum dan mengayunkan cakarnya lagi pada kami. Aku hanyab bisa memejamkan mataku. Tiba-tiba,,

“BRUAK!!”

Entah kenapa terdengar suara yang begitu keras yang terasa sangat dekat denganku. Bukankah seharusnya aku telah terlempar atau terpotong bersamaan dengan suara itu. Tapi mengapa aku masih hidup?? Perlahan-lahan aku pun membuka mataku. Terlihat samar namun semakin lama semakin jelas. Aku melihat seseorang berdiri di depanku. Aku langsung mengusap mataku. Barulah aku tahu ternyata yang berdiri di depanku bukan manusia. Tapi monster yang lain! Aku sangat terkejut. Aku pun segera menoleh untuk mengetahui keadaan Rina. Rupanya ia tidak terluka. Ia hanya pingsan. Namun aku heran. Mengapa ada monster lain yang melindungiku?? Semakin jelas aku pun semakin mengetahui monster seperti apa yang muncul di depanku. Bulunya berwarna perak berkilau. Kuku yang tajam. Ekor yang lebat. Sekilas bagiku makhluk ini tampak seperti serigala! Tapi aku sedikit heran dengan ukurannya yang tidak sebesar monster singa yang menyerangku tadi. Ukuran tubuhnya relatif kecil sukuran diriku bahkan masih kurang dariku. Tubuhnya juga tidak seperti monster yang tadi. Ia tampak seperti wanita dengan lekuk tubuhnya yang khas. Tapi mengapa ia melindungiku?? Lalu dimana monster yang satunya? Rupanya makhluk itu terlempar cukup jauh dari tempatnya tadi. Apa mungkin monster serigala ini juga yang melindungiku tadi?

Belum lepas keterkejutanku, monster singa tadi tersadar dari pingsannya. Makhluk itu mengaum sangat keras hingga membangunkan Rina yang pingsan. Saat Rina terbangun aku pikir ia akan sangat terkejut melihat munculnya monster yang lain. Ternyata tidak. Ia hanya sedikit terkejut lalu memandangi monster serigala yang berdiri di hadapan kami seakan-akan Rina mengerti sesuatu. Makhluk itu pun menoleh ke arah kami. Ia menatapku lama kemudian menatap Rina. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan makhluk itu. Tapi aku merasa seperti ia menyuruh kami pergi dari tempat ini. Aku segera menarik Rina pergi menuju motorku dan pergi meninggalkan tempat ini. Aku segera memacu motorku dengan kecepatan tinggi. Sesaat aku melihat kaca spionku untuk mengetahui keadaan monster serigala itu. Rupanya ia bertempur cukup dahsyat dengan monster singa yang tadi. Tapi mengapa saat melihatnya aku seperti menemukan bagian yang hilang dari diriku? Apa aku mengenalnya? Tiba-tiba tangan Rina melingkar di pinggangku dan ia pun menangis. Aku hanya bisa terdiam tanpa kata.

...............................

1st Chapter oleh Abdillah Yafi Aljawiy

1 comment:

Aozhora said...

kg judulnya kebalik y??
hrusnya M-31..T-T