Monday, March 23, 2009

Ego-egoku Adalah Pembunuh Darah Dingin

BAB I


Black-black heart
Why would you offer more
Why would you make it easier on me to satisfy
Im on fire Im rotting to the core
Im eating all your kings and queens
All your sex and your diamonds

Satya tahu persis kenapa ia suka lagu itu. Ayahnya membencinya.
“Hentikan lagu jelek itu. Kau dengar tidak?”
“Ya, Ayah.”
Dan Satya terus menyanyikannya,dengan berbisik. Kejadian itu sudah lama,tetapi kalau ingat bagaimana ia membuat ayahnya jengkel,ia berseri-seri.

Satya tidak suka sekolah di sekolah kejuruan.Ia ingin menjadi seorang ilmuwan,itu cita-citanya dari kecil.Dia anak yang nakal,pintar dan nekat. Wajahnya tampan,matanya begitu cemerlang,tubuhnya tinggi atletis dan suka berolah raga,renang,basket dan tenis.
Selama sekolah di SMK penampilannya sedikit urakan,tetapi hampir setiap malam minggu ia memakai kemeja transparan dan jeans menikmati kehidupan malam seutuhnya.
Rutinitas di kelab-kelab malam pada akhir pekan mengikuti pola yang sama,
“Tahukah kau bahwa kau seorang dancer hebat Satya?”
“Terimakasih.”
“Boleh aku mentraktirmu minum?”
Ia tersenyum.
“Dengan senang hati.”
Dan adegan itu akan berakhir sama.Teman kencannya akan merapat ke tubuhnya dan berbisik di telinganya.
“Aku sayang kamu.”
“Minggir.”
Dan Satya akan segera meninggalkan kelab.Setelah itu ia akan berbaring di tempat tidurnya, memikirkan betapa bodohnya para gadis-gadis seumurannya dan betapa mudahnya menguasai mereka.Kasihan,mereka tidak menyadarinya,tapi mereka ingin dikuasai. Mereka butuh dikuasai.

Kadang-kadang,pada hari minggu Satya akan meminjam mobil ayahnya untuk keliling kota.Ia mengunjungi restoran-restoran yang ada panggung musiknya. Dan ketika para pemusik sedang beristirahat Satya akan menuju piano,bermain dan bernyanyi. Para pengunjung senang sekali. Terkadang kalau Satya membayar makan malamnya,para pemilik restoran akan berkata,
“Tidak usah,ini tanggungan kami.Kamu hebat sekali. Kami akan senang jika kamu sering datang kemari.”
Ayah dengar itu? “Kamu hebat sekali. Kami akan senang jika kamu sering datang kemari.”

Pada suatu Sabtu malam, Satya sedang makan malam di Ball Room di Four Season Hotel. Pianis telah selesai bermain dan meninggalkan panggung.
Satya bangkit menuju ke piano. Ia duduk dan mulai bermain sambil menyanyikan lagu Jamie Cullum. Setelah selesai terdengar aplaus meriah. Ia menyanyikan dua lagu lagi dan kembali ke mejanya.
Seorang pria separuh baya agak cepak mendatanginya.
“Maaf.Boleh saya bergabung sebentar?”
Satya sudah siap bilang tidak,ketika pria itu berkata lagi,
“Saya Effendi seorang produser rekaman. Saya sedang mencari penyanyi-penyanyi muda berbakat seperti Anda.”
Pria itu duduk.
“Bakat anda sungguh luar biasa.”
“Anda menyia-nyiakan kalau Cuma bermain di tempat-tempat seperti ini.”
“Anda seharusnya sudah mempunyai album sendiri.”
Aku mempunyai album. Ayah dengar itu?
“Saya ingin Anda ikut audisi untuk…”
“Maaf.Saya tidak bisa.”
Pria itu menatapnya keheranan.
“Ini adalah kesempatan untuk Anda. Sungguh. Saya rasa Anda tidak menyadari betapa berbakatnya Anda.”
“Saya masih sekolah.”
“Itu bisa diatur.”
Satya meyakinkan,
“Saya menghargai tawaran Bapak,tapi saya… saya tidak bisa.”
Effendi bersandar di kursinya.
“Anda tidak tertarik menjadi penyanyi terkenal?”
“Sangat tertarik.”
“Kalau begitu apa masalahnya?”
Satya ragu-ragu,kemudian menjawab hati-hati,
“Saya takut akan berhenti di tengah jalan.”
“Karena sekolah?”
“Bukan.”
“Saya tidak mengerti.Anda bilang Anda tertarik menjadi penyanyi terkenal. Ini kesempatan emas bagi Anda untuk…”
“Maaf. Saya tidak bisa menjelaskan.”
Kalau kujelaskan pun,dia tidak akan mengerti, pikir Satya sedih.Tak seorang pun akan mengerti.

Malam berikutnya,Satya sudah asyik main internet. Hilang semua kebosanan pada dirinya. Internet menjadi karpet ajaib yang membawanya terbang ke seluruh dunia. Sepulang dari sekolah,ia akan langsung menyalakan komputernya dan on-line untuk menjelajahi berbagai chat room yang ada.
Satya mengetik.
“Hai. Boleh kenalan?”
Layar di bawah memunculkan kalimat,
“Hai juga. Boleh aja.”
Dan Satya siap menghadapi dunia.
Ada Jenifer di California,
“Ceritakan tentang dirimu,Jenifer.”
Ada Klara di Hawai
“Usiaku 15. Aku sekolah di…”
Ada Mei Hui di Taiwan.
“Kau tampan,dan sungguh menyenangkan……”
Setiap malam berbeda-beda.

Di kelasnya keesokan paginya,Satya mendengar Gita berbicara dengan Randi Wijaya, Apa sih yang dilihatnya dari anak itu? Anak yang membosankan sekali.
Bagi Satya,Randi adalah anak yang sok alim. Dia sama sekali tak tahu bagaimana caranya bersenang-senang, pikir Satya. Satya melecehkan segala sesuatu tentang anak itu. Randi anak yang kuper yang senang tinggal di rumah di malam hari dengan membaca buku atau menonton serial tv. Ia tak pernah minat di bidang olah raga. Membosankan! Walau ia suka main internet tetapi tak pernah chating untuk berkenalan dengan orang-orang asing di luar sana. Si Ayam Beku. Dia tak tahu betapa ruginya dia, pikir Satya.
Satya berfikir,betapa ayahnya akan membenci chat room. Tapi ayahnya membenci segalanya. Ia hanya mempunyai dua cara berkomunikasi dengan anaknya: berteriak atau membentak. Satya tak pernah bisa membuatnya bangga.
‘Tak bisakah kau menjadi yang terbaik di kelas mu? Dasar anak bodoh!”
Yah,ayahnya memang sangat keterlaluan.

Tamara bisa menjadi model terkenal. Ia bertampang sederhana,menarik,tinggi,sexi,dan cantik jelita tentunya.Ia tak hanya sekedar cantik.Sebagian dari daya tariknya adalah karena ia sama sekali tidak menyadari kecantikannya. Ia pemalu dan suaranya lembut,dengan kelembutannya itu ia nyaris tak sesuai lagi dengan model gadis zaman sekarang ini.
Ada awan gelap yang menutupi hidup Tamara. Ia menderita anomi,merasa disisihkan dari yang lain.Perubahan suasana hatinya bisa begitu tiba-tiba,dalam sekejap ia bisa berubah dari luar biasa bahagia menjadi merasa sangat menderita.Ia sama sekali tidak dapat mengontrol emosinya.
Satya-lah satu-satunya teman yang bisa mendiskusikan masalahnya. Satya punya solusi untuk semua masalah,dan biasanya solusinya:
“Ayo kita keluar dan bersenang-senang.”
Topik pembicaraan Satya yang paling favorit adalah tentang Randi Wijaya. Ia sedang mengawasi Gita berbicara dengan Randi.
“Lihat tuh si Sok Alim,”
Kata Satya mengejek.
“Ia adalah Ayam Beku.”
Tamara mengangguk.
“Ia serius sekali. Harus ada yang mengajarinya bergaul dengan cewek.”
Satya mendengus.
“Harus ada yang mengajarinya tidur dengan cewek.”

Suatu malam Tamara makan malam dengan Dimas,teman sekelasnya.
“Aku senang sekali dapat makan malam denganmu,Tamara.”
“Bagaimana kalau kita lebih sering lagi jalan berduaan?”
Tamara tersenyum malu.
“Baiklah.”
Dan Tamara berfikir, Sudah jelek,sok kecakepan.Kenapa sih aku bersedia jalan dengannya? Dan ia tak punya jawaban.
Kalau ada yang meremehkan sedikit saja,sengaja atau tidak sengaja,Tamara akan marah besar.Suatu hari ketika ia berjalan di pinggiran jalan,ada mobil yang hampir saja menyerempetnya.Ia menggertakan gigi dan berpikir, Supir sialan,kubunuh kau. Pria pengemudi mobil itu berhenti dan melambaikan tangannya penuh permohonan maaf dan Tamara tersenyum manis. Tapi hatinya terus kesal.
Pada hari-hari baiknya,Tamara sangat berbeda.Ia benar-benar baik hati,dan simpatik,serta suka menolong orang lain. Satu-satunya yang menutupi kebaikannya itu adalah kegelapan yang menyelubungi hatinya lagi,dan dia akan tak berdaya di dalamnya.
Senin pagi di dalam kelasnya. Tamara menceritakan makan malamnya bersama Dimas kepada Satya.
“Jangan mau diajak jalan lagi sama dia.”
Satya memperingatkan.
“Masih banyak cowok yang lebih keren dan tajir dari dia.”
Tamara tersenyum.
“Kurasa dia menyukaiku.”
“Tapi mana mungkin aku menyukai cowok sejelek dia.”
Satya ikut tersenyum.


1st Chapter oleh Septi Yunus

No comments: