Monday, March 23, 2009

Empat Jemari

10 tahun silam…

Sutra hitam itu tergerai indah dibahu gadis yang duduk tertunduk didepan teras rumahku. Matanya melelehkan kristal cair yang sarat akan kepedihan. Bibirnya bergetar menahan luka yang hampir menggerogoti hati dan tubuhnya. Beban yang harus ditanggung seorang gadis berumur empat belas tahun yang baru sekuning muda bakal kunyit dalam tanah..
Berat..
Perih..
Goyah..

Kupeluk Ia dan berkata lewat usapan lembut tanganku yang tak pernah merasakan apa yang tengah dirasakannya bahwa Ia aman bersamaku disini. Dirumahku, dirumah sahabatnya yang akan selalu ada kapanpun waktu dan kebahagiaan pergi sejenak meninggalkannya. Kusentuh sutra hitam itu, kuhapus kristal cair itu dan mengajaknya tersenyum. Tersenyum pada dunia, tersenyum pada kepedihan..

“Ada apa Nit?”. Aku berusaha mengurangi bebannya dengan senyumku. Senyum seorang gadis tiga belas tahun.

Bahunya berguncang hebat. Ia makin erat memelukku. Hatiku pun semakin sakit dipeluk oleh tangis penderitaannya. Pilu aku mendengar seguknya. Tak pernah kulihat Ia semenderita ini walau aku tahu bahwa sampai hidupnya ini Ia masih dan memang menderita.

“nyokap gue ta..kakak gue…”. Tak sanggup Ia teruskan kata-katanya. Bahunya kembali berguncang.
Kubelai dan kupeluk Ia dengan erat. Dalam pelukku padanya aku berdoa pada Tuhan, “Ya Tuhan, berikanlah Ia kebahagiaan seperti aku merasakan kebahagiaan. Buat aku selalu ada untuknya” .

“Kenapa Nit? Coba cerita sama gue ya..”. kuberikan air putih untuk minumnya, berharap air pemberian Tuhan yang dapat memadamkan api dapat pula memadamkan penderitaan yang ditanggungnya.

“gue…gue dipukulin sama nyokap dan kakak gue…”
Langit malam berbintang dan berbulan. Namun mengapa aku merasa kalau aku mendengar lecutan petir didalam kepalaku ?.

”Astaghfirullah...kenapa Nit ? gara-gara apa ? ”. aku yang tak pernah merasakan memiliki ibu dan kakak tiri seperti sahabatku Anit berusaha mempelajari apa yang dialaminya.
Mengalirlah semua kisah hari itu. Kisah terpedih yang pernah kudengar saat umurku tiga belas tahun.

“bokap gue ngga pulang Ta..udah beberapa hari. Ngga kirim uang juga buat nyokap tiri gue. Kata nyokap tiri gue, bokap gue punya istri muda lagi. Rambut gue dijambak nyokap gue, gue ditampar sama kakak tiri gue, ditendang. Nyokap gue bilang kalo gue anak bawa sial, anak haram...gue ngga tahan Ta, gue selalu jadi pelampiasan marah nyokap dan kakak tiri gue...gue mau mati aja ”. bibirnya semakin bergetar...tangisnya pecah.

Dalam pejam mataku aku kembali bertanya pada Tuhan, ‘Ya Tuhan, cobaan macam apa yang tengah kau berikan pada gadis empat belas tahun ini. Aku sebagai gadis tiga belas tahun pun tak mengerti apa yang harus kukatakan padanya. Pada sahabat tersayangku yang menanggung beban yang entah patutkah disandang gadis hitam manis dan penuh tawa ini’.




1st Chapter oleh Talitha Lubis

No comments: