Friday, June 19, 2009

Soulmate in The Shadow

Message Box of 3G’s Farewell


Vel, thanks ya udah mau temenan sama gue yang suka Telmi ini. Oya, jadi orang jangan dingin2 nape? ntar jadi es lo. hahaha…maap kalo jayus..
Oya, gw gak nyangka klo kita sepupuan (parah! baru tau sekarang). Gw harap hubungan keluarga besar kita bisa membaek. Kan kalo membaek, kita bakal sering ketemu di arisan ato di acara keluarga lainnya. Amin...hahaha… Sukses yo….moga2 kita lulus UAN&Keterima di SMA yang kita inginin.
Awan Utama Aridipta


Mba’ Ayuuuu, tak terasa kite bakal pisah. 1 taun cepet banget yak? Walopun nanti kite pisah, tetep ngelenong bareng yak? Mmm..klo bole nih gue sampein, lo itu unik mba...dingin banget jadi orang, tp kalo di atas panggung, bisa atraktif &bawel gitu. Bener-bener artis berbakat.haha..Tapi lebih baek lg, klo sifat lo di panggung bisa nular ke sifat asli lo. Serem klo ngeliat muka lo jutek terus. Hehehe…ntar SMA lo ikut lenong lagi ye...
Mia si bola bekel


Veli yang cuantik, tapi judes kayak mak lampir, sukses yo ceuy..Don't forget this your handsome friend. Hohoho...thanks dah jadi temen gue, gak bosen dengerin bualan gue n’ ngelayanin ke TP-an gue... Jgn lupain gue kalo dah jadi org! Tapi klo nanti gak jadi org, lupain gue juga nggak apa-apa…. Hohoho….
Bye-bye Veliku yang namanya panjang bener kayak kereta api…
Love, Danish yang kiyut banget… hahaha…


Veli itu emang irit ngomong (padahal namanya nggak irit), Hehehe.,., tapi sekalinya ngomong suka menarik perhatian. Cos, yang dikomentarin suka frontal, dewasa, bahkan terkadang nggak nyambung sama topik. Hehehe.,.,.,peace Vel. But, itu nggak masalah kok Vel..Gue tetep temen lo yang siap ngedengerin dan jgn pernah berfikir kalo di dunia ini elo sendirian (ingat itu!). Btw, boleh nanya sesuatu nggak? Cowok yang waktu itu mojok sama lo di deket lift pas malem prom siapa sih? Wah kacau nih… ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue!!! Cerita-cerita dong Vel! Gue aja ditolak Lexi (sang manajer basket gue yang bawel) ,cerita-cerita ma lo! Masa lo enggak cerita apa-apa sih ke gue?
Reza Ilham Prayoga


Assalamua’laikum Arvitananda Arvelia Pramuswari Abitama Aridipta alias Veli,,,
Nggak nyangka kita bisa ketemu di sekolah dan di kelas 3G ini!! Gue mang nggak kayak Awan yang baru sadar kalo lo sodaraan sama kita. Gue sih dah nyadar dari jaman masih orok. Gue juga tahu karna ada something’s wrong… hubungan keluarga lo dan keluarga besar kita jadi nggak baik. Akhirnya, kita jadi jarang ketemu deh…
Tapi gue nggak mikirin permusuhan itu… biar aja kita yang muda tetep contact-contactan, yang ribut mang yang tua-tua aja. Hehehe…
Pesen gw, shalat 5 waktu. Sorry kalo menggurui,tapi memang itu adanya.
Wassalam…
Muhammad Bilal Aridipta


Vel, thanks y dah jadi my seatmate yg baek..walopun kadang gue suka takut sama elo. Sorry ya kalo gue sering lelet, ngaret, bego dan sering bikin lo naek darah. Ta, ta, tapi, bo, boleh nggak gu, gue muji satu hal? (ceritanya ngomongnya terbata-bata karna jiper).. Lo sebenernya cantik n’ manis loh Vel.. Senyum dikit dong…
Oya,, lo akrab banget sih sama Reza?? Gue iri deh… Hohohoho… B’canda Vel…
Love Imelodia


Salut Vel! Comment vas tu?
Hei judes! Walopun gue cuma setaun sekolah di SMP ini, gue ngerasa dah sayang banget ma lo…tapi sebenernya…gue bingung kenapa orang sejutek elo bisa punya temen banyak dan disayang sama kita-kita. Hiiiiihhhhh!!!! menurut gue yang mau temenan ama elo itu cuma orang bego! (termasuk gue dong…) Jadi Arvitananda Arvelia bla..bla..bla.., janganlah terus-terusan membuat teman-temanmu di kelas 3 G ini jadi kelas 3 Goblok! Caranya adalah dgn tidak judes, galak-galak dan selalu TERSENYUM!
Pesan: Teruslah bermain teater dan lenong!
Alexia Francoise Sidarta (Lexi)


Veli… apa kabar? I just wanna say I love u so much.. tp gue pikir lo nggak usah tahu gue ini siapa. Biarlah gue mencintai lo dari jauh. Lo mau tebak ini tulisan siapa? Gue rasa nggak bisa. Gue minta tolong orang yang lo nggak kenal buat nulisin ini. Gue tahu karena kelulusan SMP ini, nanti-nantinya kita bakal pisah, tapi gue akan terus menjaga lo dari jauh dan hanya gue dan Tuhan yang tahu itu. Oya, jangan terlalu deket sama Reza, Danish, Bilal dan Awan… Reza itu omongannya gede. Danish itu penjahat cinta. Bilal itu munafik dan Awan itu sok polos.
By: Your very secret admire

Sambil menyunggingkan senyum seadanya, Veli membaca semua memo dari teman-teman kelas 3SMPnya yang ia tempel rapi di dinding kamarnya. Memo itu ditulis di kertas warna-warni pada saat acara perpisahan kelas di rumah Awan tujuh tahun silam. Acara sederhana itu diadakan setelah hari UAN terakhir. Di secarik kertas itu, semua anak mencurahkan isi hatinya kepada teman-teman terdekatnya. Setelah itu, kertas digulung dan dimasukkan ke dalam toples yang sudah ditempel karton kecil bertuliskan nama masing-masing anak. Saat itu, Veli tak menyangka akan mendapatkan toples yang berisi gulungan kertas sebanyak ini. Dalam hati ia berguman, bisa juga gue punya temen.

------------------------------------


PROLOGUE:
eorang wanita bergaun pengantin berlari menyusuri lorong yang sempit dan gelap.

Gema langkah kakinya yang cepat mengikuti irama detakan jantungnya. Rambut ikal sedadanya tergerai bebas, terlepas dari jepit rambutnya.

Ini hari apa? pikirnya Kenapa aku berpakaian seperti ini?

Wanita itu terjatuh. Rok gaunnya mengembang indah seperti mahkota bunga melati.

Tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu mendekatinya.

Siapa? Wanita itu kontan menoleh. Mata coklatnya yang lentik langsung membelalak.

Rupanya teman khayalannya datang lagi. Pria itu kini berada tepat di depannya.

Cepat! Katakan padanya tentang keadaan hidupmu yang sekarang! Kata hatinya memekik seketika, tertuju kepada sesosok pria yang berjalan ke arahnya itu. Caranya berjalan begitu tenang dan gagah. Kedua tangannya ia masukan ke kantung celana bahannya.

Katakan bahwa sekarang aku seorang pemain teater berbakat! Kini aku berbeda dari Veli yang dulu!

Lagi-lagi kata hatinya mengomporinya. Tapi, untuk mengatakan hal itu, ia merasa belum memiliki rasa percaya diri yang cukup. Lagipula kelihatannya pria itu sudah tertarik padanya. Buktinya, untaian tangan kini terhantur di hadapannya.

Wanita itu menyambut dan menggenggam tangan pria itu kuat-kuat. Pria itu membantunya berdiri. Kemudian pria itu memberikan sebuah kalung berbandul huruf ‘N’ yang terbuat dari emas putih.

“Merci..(1)” Perasaan wanita itu berubah nyaman. Akhirnya kalung kesayangannya kembali padanya. Selama ini, ia tak bisa hidup tenang tanpa kalung itu.

Tetapi, ketika wanita itu hendak menerima kalung itu dari tangan si pria, dadanya sesak tiba-tiba.

Laki-laki ini memiliki kebiasaan buruk itu! Detakan jantungnya menjadi keras. Rasa pusing menyerang kepalanya seketika.

Wanita itu segera memegangi kepalanya dan berjuang melawan benaknya. Berkali-kali ia memejamkan matanya.

Namun terlambat, sebuah kendaraan besar tiba-tiba muncul entah dari mana dan menghancurkan dinding lorong. Pria itu kandas tertabrak kendaraan dan kini kendaraan itu mengincar dirinya.

“AAAAAH!” wanita itu berteriak. Namun tak ada yang menolongnya. Ia sendirian. Tak punya teman.

*******

“HAH! HAH! HAH!” Veli langsung terbangun duduk dari tempat tidurnya dan mengatur nafasnya yang sesak. Wajahnya yang kata orang mirip Mariana Renata penuh keringat. Tak ada suara yang menyeruak di kamar kecil perseginya ini selain bunyi kipas angin dan tarikan nafasnya yang tak teratur.

Mimpi itu lagi! ia menyibak rambut ikalnya ke belakang seraya menggenggam erat kalung berbandul ‘N’ yang melingkar di lehernya. Jantungnya berdetak lebih hebat daripada di mimpinya. Apalagi di luar sana hujan sedang turun dengan lebatnya. Kilat yang menyambar membuat pikirannya menjadi lebih paranoid.

Untuk menenangkan dirinya, cewek bertinggi badan 175 cm ini menyalakan lampu kecil dan mengambil gelas berisi air putih yang ia taruh di meja pelitur samping tempat tidurnya. Tindakan seperti ini merupakan ritual khusus yang ia lakukan kalau mimpi buruk itu lagi-lagi mengusik tidurnya.

Sampai kapan ‘dia’ terus menganggu di tidurku? seraya meneguk cairan bening itu, matanya menerawang ke arah dinding kamarnya yang bercat biru muda. Foto bergambar dirinya semasa kecil bersama ayahnya yang menggantung di dinding sejenak menenangkan hatinya dari mimpi buruk itu. Namun, hanya sedikit.

Ia melirik ke sebelah kiri, ke arah telepon genggamnya yang bercasing biru. Telepon genggam bermodel slide itu menarik perhatiannya.

Apa gue telepon Fara aja sekarang? Ia berpikir bahwa saat inilah dirinya harus membagi masalahnya kepada orang lain. Orang lain itu pun bukanlah orang sembarang. Ia adalah Fara, sepupu sekaligus orang terdekatnya selama ini.

Akhirnya, Veli mengambil telepon genggamnya dan mencari contact ‘Fara si cungkring’.

Tapi jangan deh! Ia mengembalikan telepon genggamnya ke atas meja Biarlah ‘dia’ terus ada di mimpi gue dan cuma gue yang tahu keberadaannya batinnya seraya membenamkan kepalanya lagi di atas bantal.

**********

Chapitre 1
Le Commencement (The Beginning)

“Klik!”

“Klik!”

“Klik!”

“Klik!”

“Klik!”

………

………

“Klik!”

……….

“Adddduuuuuhhhh! Faraaaaa! Apa-apaan sih lo?! Emangnya lo kira gue nggak capek apa difoto-foto terus kayak gitu?!” setelah mencoba bersabar untuk sekian detik, Veli tak kuasa menahan emosinya. Bagaimana tidak? Pagi ini kan ia datang ke studio foto Fara untuk beristirahat dari kepenatan di rumah. Bukan untuk melayani blitz-blitz kamera yang menyilaukan itu.

“Habisnya muka lo lucu sih Vel…” Fara menghampiri Veli yang tengah tidur-tiduran di sofa katunnya yang buluk. Maklum, fotografer kurus jangkung ini –alias cungkring- paling malas bersih-bersih ruangan. Mulai dari lembar-lembar foto, bungkus mie instan sampai buntelan-buntelan kertas bercecer di pelosok ruangan. Untung saja studio mini yang terletak di ruko tua bilangan Manggarai ini jarang didatangi pelanggan. Kalau tidak, pasti pelanggan akan risih melihat kondisi ruangan berkarpet abu-abu yang berantakan ini. Apalagi kalau memperhatikan dinding ruangannya. Poster-poster seperti simple plan, RHCP, My chemical romance, Linkin Park, Muse, dan band-band lainnya penuh menutupi dinding. Veli sampai pusing dan tak bisa menebak cat dinding dari ruangan ini.
Kalau soal menjaga kebersihan badan, Fara juga sama malasnya. Mandi saja jarang. Padahal kalau dilihat-lihat, wajah imut mirip orang Asianya cukup menarik. Sayangnya, sifatnya yang jorok dan malas menata diri mengurangi minat kaum hawa kepada dirinya.

Kaum hawa?

Ya...kaum hawa! Fara adalah seorang cowok yang nama dan –terkadang- kelakuannya mirip cewek. Nama panggilannya memang Fara, tetapi nama panjang fotografer amatiran berusia 24 tahun ini adalah Farahman Aulia A. Apakah kepanjangan dari huruf A di belakang kata ‘Aulia’ itu? Banyak rekan seprofesi atau klien yang bertanya kepadanya. Namun, Fara tak pernah mau menjawab. Jika ditanya, ia hanya cengar-cengir sambil menggaruk-garuk rambut pendek model Baim Wongnya yang ketombean.

“Mau tau nggak lucunya dimaNNNAAA?!” Fara kembali mengeluarkan suara cemprengnya di dekat telinga sepupunya itu sambil menjulurkan lidahnya yang bewarna biru. Biasa... ia memang senang memakan permen yang bisa luntur di lidah begitu. Tentu saja tingkahnya itu membuat Veli naik pitam. Menurut Veli, kelakuan Fara itu amat norak dan kampungan untuk seorang cowok yang sudah berusia 24 tahun. Namun seperti biasa, Fara tidak memperdulikan emosi Veli.

“Lucunya itu…” Lanjut Fara seraya mengamati wajah Veli dengan penuh penghayatan “walaupun mukanya jutek atau lecek, lo tetep aja cantik.”

“Gombal!” karena kesal mendengar ocehan Fara, Veli meraih ember kosong yang kebetulan berada tak jauh dari dirinya dan menutupi kepala Fara dengan ember itu. Kalau sudah begini, Fara tak bisa berkutik. Padahal usianya lebih tua tiga tahun dari Veli.

“Daripada lo ngoceh nggak jelas gitu, mendingan lo siap-siap anterin gue ke rumah buat ngambil baju!” tatap Veli sayu seraya beranjak dari sofa “Abis itu gue mau ke rumah Lexi buat didandanin ke acara kampus. Terus sore nanti, baru gue pergi ke kampus. Nih kunci mobilnya Far!”

“MAKSUD LOH?! Semuanya gue yang nganter?!” Fara melepaskan ember dari kepalanya dan memamerkan wajah teler dan bibirnya yang mencong kepada Veli. Sungguh menyebalkan! Jelek banget mukanya!

“Ya iyalah!” seru Veli ngebossy seraya melempar kunci mobil kijangnya ke arah Farah “Nanti malem kan ada acara penghargaan teater fakultas di kampus, gue harus tampil keren dong. Tau sendiri gue nggak bisa dandan. Jadi gue minta tolong Lexi buat dandanin gue. Kan gawat kalau penampilan gue nggak oke nanti pas naik ke atas panggung.”

“Naik ke atas panggung? Cuih! PD banget lo bakal menang terus ngucapin ucapan terima kasih di atas panggung!” ledek Fara sambil ngupil.

“Ya iyalah. Setiap tahun kan gue selalu menang!” ucap Veli mantap “Kalau gue menang Far, gue dipercaya untuk memainkan peran utama di pementasan festival seni Eropa taun ini.” Lanjutnya penuh dengan kebanggan dan keluar meninggalkan ruangan mini ini.

Sepeninggalan Veli, Fara masih tak beranjak dari sofa buluknya. Ia memandangi kunci mobil Veli dan menghela nafas dengan dalam.

Veli....Veli... sampei kapan lo egois gini?! Batin Fara seraya berjalan menuju sebuah tirai merah yang biasa ia pakai untuk background foto studionya.

Kemudian ia menyibak tirai itu dan memandang beratus-ratus karya rahasianya yang tertempel di dinding balik tirai itu. Sudah jelas. Semua lembar foto itu menggunakan Veli sebagai objek. Foto ketika Veli SD, SMP, SMA, sampai kuliah saat ini terkumpul di sana.

Apa sih menariknya Veli bagi Fara? Mengapa ia begitu gemar memotret sepupunya itu?

Veli tak lebih dari seorang mahasiswi sastra Prancis di sebuah perguruan tinggi negeri. Selain berkuliah, cewek berusia 21 tahun ini juga aktif di sebuah UKM teater di fakultasnya. Selama menyandang predikat sebagai mahasiswi, ia sudah menyabet empat penghargaan di bidang teater. Meskipun dalam kesehariannya Veli amat kaku berekspresi, actingnya sangat menyentuh dan sempurna di atas panggung. Cara berpakaiannya yang nyentrik pun membuatnya terkenal di fakultasnya.

Bagi Fara, Veli adalah sosok perempuan yang cantik, menarik, percaya diri, modis, tetapi jutek, egois, tertutup, galak dan kurang menghargai orang. Terkadang ia mengeluarkan sikap yang menyiratkan bahwa ia bisa hidup tanpa siapa pun. Tanpa keluarga. Tanpa sahabat. Tanpa kekasih. Namun ketika sedang membutuhkan seseorang, baru dia kelimpangan mengejar-ngejar orang itu. Jadi kesannya egois dan ngebossy.

Tapi walaupun gue tahu elo egois, entah kenapa gue sayang banget sama elo… Fara masih terus berkata-kata di dalam hatinya. Dengan senyum sedikit menyungging, ia mengambil salah satu foto yang tertempel di balik tirai itu. Foto itu bergambar ketika Veli wisuda SMA. Di foto itu, seperti biasa, Veli tak memperlihatkan seuntai senyum di bibirnya. Tak hanya di foto itu, semua foto yang kini tertempel di hadapan Fara kini tak ada yang berhasil menunjukan senyuman manis Veli. Semua mimiknya seragam, penuh dengan tatapan dingin dan sayu.

Namun bagi Fara, tatapan itu justru membuatnya gemar menjadikan Veli sebagai objek fotonya. Ia merasa ada sebuah rahasia di balik pandangan juteknya yang justru menarik. Dan ia percaya, suatu hari kelak, ia akan mendapatkan foto Veli yang sedang tersenyum. Tapi, ia tak tahu kapan.

The next chapter:
Chapitre 2
L’histoire de la Famile (The History of a Family)

***


1st Chapter oleh Nadia Silvarani

No comments: