Sunday, April 19, 2009

Afer Ten Years

SHIYA

Jakarta 2017

“Shiya?”

Gadis berambut hitam panjang itu menoleh. Ia baru saja berbicara panjang lebar dengan ketua OSIS mengenai program penelitian klub ilmiah mengenai efektivitas penggunaan internet bagi siswa dalam menunjang prestasi belajar siswa yang akan ia minta kerjasama OSIS dalam menyukseskan rencananya itu merasa terganggu.

“Apa? Jawabnya agak ketus. Ia membenarkan letak kacamatanya.

“Eh, itu..,”anak laki-laki yang baru saja memanggil Shiya terlihat lebih muda setahun itu berbicara takut-takut,”Anu..eh..”

“Apa, sih?”

“Mar—marco.”

Cih, dia lagi..”Kenapa dia?”

“Dia sekarang ada di rumah sakit. Tu..tulang kakinya patah.”

Shiya menghela nafas,”Iya, nanti aku ke sana.” Huh, lagi-lagi Marco! Dia sudah berbuat apalagi,sih? Memangnya tubuhnya kayak apa? Sudah kemarin gegar otak ringan, tangan patah, kali ini kakinya patah? Hh, benar-benar merepotkan. Anak itu memang sudah merepotkan sepanjang dia dititipkan di rumah!

Shiya menjadi tidak bisa berkonsentrasi dengan apa yang diomongkan dengan ketua OSIS kali ini. Ia kembali mengingat omongan Marco tempo hari padanya.

“Kamu percaya gak, kalo manusia itu bisa terbang?”

“Huh, mana mungkin? Sudah deh, aku udah bosan dengar omonganmu tentang dunia gaib, dunia di luar kenyataan itu. Itu tidak mungkin!”

“Aku pernah ngerasain,lo..”

“…” Shiya diam saja, ia malas membalas omongan Marco.

“Badanku terasa ringan, aku melayang seperti burung dan ketika aku melihat ke bawah, seluruh kota terlihat kecil..”

Shiya berpikir keras, apa mungkin Marco mencoba untuk terbang? Dan pada akhirnya dia terjatuh sehingga kakinya patah?

Sebenarnya omongan Marco tentang keajaiban-kejaiban yang entah dibuatnya-ah jelas sekali kalo dia membuat itu di dalam pikirannya, kata Shiya—tidak berhenti sampai disitu. Dulu 9 tahun lalu ketika Marco pindah ke rumahnya, istilahnya dititipkan.oleh orang tuanya dia sudah memperlihatkan sisi-sisi anehnya. Sebagai catatan, Marco adalah sepupu jauh Shiya yang tinggal di Brazil. Marco pernah berhasil membuat Shiya marah, Shiya terkenal sebagai anak yang kalem dan jarang sekali marah. Hanya karena Marco menggumamkan kata-kata yang menurutnya sangat-sangat mengesalkan.

“Eh,Shiya..” tangan Marco bergerak ke atas sambil pura-pura menerbangkan mainan robotnya.

“Hm..,” jawab Shiya sambil membaca buku. Shiya dengan terpaksa disuruh ibunya untuk menemani Marco main di teras., karena notabene Marco adalah sepupunya

“Raider Man ini bener-bener hebat,lo.”

“Hm..”

“Dia bisa terbang dan juga merubah diri jadi motor yang hebat sekali..”

“…” Shiya mulai terganggu.

“..dan dia juga bisa menjadi raksasa yang bisa menghancurkan kota dengan tembakan laser dari matanya. Hebat,kan dia?”

“…”

“Hebat,kan?”

“Hh..”

“Shiya, dia hebat,kan?”

“ IYA,IYA,IYA! BISA DIAM GAK,SIH?” Shiya sudah sampai puncak kemarahannya. Bukunya terjatuh di lantai. Ia berdiri sambil menatap marah ke arah robot mainan Marco. Ia mencoba merebut robot Raider Man dan membuangnya ke halaman depan.

Sontak hal itu membuat Marco berteriak histeris dan berusaha mengejar robot mainannya yang kini mendarat di tanah dan menjadi tidak berbentuk. Shiya tersenyum puas.


Shiya ingat sekali peristiwa itu. Dirinya hingga saat ini masih membenci Marco. Yang tidak ia mengerti saat itu adalah Marco yang tetap tersenyum walaupun Shiya telah berbuat, ia akui, tidak sepantasnya. Marco hanya mengajaknya bicara, tapi ia malah merusak mainan Marco.

Dia memang orang aneh, pikirnya.


TOK!TOK!

“Yak masuk.”

Shiya dengan enggan melangkah masuk ke dalam kamar kecil bercat putih . Marco tertidur di salah satu bangsal di dekat jendela. Kaki kirinya terbebat oleh gips dan perban serta di letakan lebih tinggi dari badannnya.

“Hai, Shiya. Kau sengaja menengokku?”katanya penuh dengan kepercayaan diri.

“Enak saja. Aku cuma disuruh orang tuaku saja.”Shiya menaruh karangan bunga di salah satu meja di dekat kepala Marco. Shiya memperhatikan Marco dari kepala hingga kakinya. Dia tampak lebih kurus, pikirnya. Shiya tahu, dulu waktu pertama kali bertemu dengan Marco, dia anak yang gemuk dan lucu. Tapi sekarang yang dilihatnya sangat jauh dari itu. Marco yang sekarang jangkung dan kurus, serta kulitnya menjadi lebih coklat karena terlalu lama tinggal di daerah tropis. “Masih mencoba terbang?”

“Iya.”jawab Marco santai.

“Kau..kau…benar-benar..mencoba untuk..terbang?”

“Iya. Aku melompat dari lantai 2..”

“Apa… kamu masih minum obat itu?” Shiya tahu, seharusnya ia tidak mengungkit hal ini. Marco dulu pecandu obat-obatan terlarang selama 2 tahun dan selama itulah berat badannya menurun drastis. Dia jadi pecandu karena ditinggalkan oleh orang tuanya. Orang tuanya telah menitipkan Marco di rumah Shiya selama 9 tahun dan belum pernah kembali.

Marco terdiam.

“Iya,”Marco bohong.

“Mau sampai kapan,sih kamu begini terus? Kamu tahu, kamu sudah membuat banyak orang susah karena ulahmu.”

Marco tersenyum melihat wanita yang disukainya membentak padanya.

“..kalo lain kali kamu masuk ke rumah sakit gara-gara alasan bodoh ini, aku akan membiarkanmu..”

BRAKKK!! Shiya pergi tanpa pamit.

“..aku melakukan ini agar kau mengkhawatirkanku..”katanya lirih.

---


1st Chapter oleh Adhila Fayasari

No comments: