“HONEY, keep quiet. Don’t weeping again. Appa (Ayah) in here!” Tobio terus berusaha merayu Mason Muns, anaknya yang baru berusia setengah tahun itu.
Biarpun wajahnya masih berlumuran shave foam dan kegiatan mencukurnya di pagi hari belum selesai, Tobio tetap mau menggendong buah hatinya itu dengan penuh kasih sayang.
Sambil menepuk-nepuk punggung Mason, Tobio berusaha menidurkannya lagi. Tidak biasanya Mason bangun pagi-pagi sekali seperti ini, padahal Mason terkenal sangat doyan tidur dan selalu bangun pukul sepuluh pagi.
“Nyup...Nyup...Nyup” dengan lembutnya Mason mengecap jempolnya sendiri. Sekarang Mason sudah tertidurlagi.
Dibaringkannya Mason kecilnya itu di atas ranjang kecilnya yang penuh dengan boneka Barnie dalam berbagai ukuran. Tobio mendengus lelah, Ia belum menyelesaikan cukur paginya.
Dilihatnya jam tangan anti air yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Sudah pukul enam. Buru-buru Ia harus berangkat sekolah. Tapi, sudah jam segini Omma (Ibu) belum datang juga?. Dilihatnya Mason yang tetap tertidur pulas.
Tobio kembali ke kamar mandi pribadinya di dalam kamarnya, saat pintu penthousenya yang berada di lantai sembilan itu diketuk. Tobio tahu, kalau yang datang adalah Ommanya. Setelah membukakan pintu untuk sang Omma, Tobio kembali melanjutkan acara mencukur paginya.
“Mason, still sleep Honey?” tanya Omma yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar mandi yang terbuka.
“Yes!” Tobio mencuci mukanya dengan air yang keluar dari keran.
Tobio masuk ke dalam kamarnya, mulailah Ia melakukan kegiatan paginya yang punya jadwal panjang. Dandy’s time. Diambilnya Body lotionnya, lalu diusapkannya menyeluruh ke tangan dan lengannya yang berotot, lalu ke kakinya yang tak berbulu, perut six packnya, dada dan terakhir punggugnya.
Next, facial scrub untuk wajah putihnya. Next, mint lip blam untuk bibirnya yang kecil itu. Next, hair wax untuk menata rambutnya. Next, pine cologne untuk badannya biar wangi. Next, tea parfum untuk seragam sekolahnya yang sudah tersetrika rapi. Tinggal satu hal lagi yang harus Tobio lakukan, sehabis memakai seragam sekolahnya.
Let’s staring my handsome face in mirror. Tobio mulai bergaya, dilihatnya wajahnya yang begitu cerah bersinar. Rambutya tertata dengan kerennya. Tobio memasang senyum khasnya yang cool, giginya juga bersih putih mengkilat. Dilihatnya lagi jam tangannya. Sudah pukul setengah tujuh. Saatnya berangkat.
“Omma, my breakfast have ready?” seru Tobio pada Ommanya, saat Ia kelur dari kamarnya.
“Wait a minute Honey, Mason wake up again. I think, He want see you!” Omma muncul sambi membawa Mason yang menangis di gendongannya.
“Come to Appa!” dengan lembut Tobio meraih Mason dari Ommanya.
“Do you want hear Appa singing?” tawar Tobio pada Mason, yang sudah pasti tidak bisa menjawab itu.
“Na...Na...Na” hanya itu saja kata-kata yang bisa diucapkan Mason.
“Oky!” Tobio memangkunya di atas sofa ruang tengah yang menghadap beranda.
Ee sesang geu moouhtboda gwihage...
Naeui soneuro changjohayuhnnora...
Naega nuhro inhayuh gippuhanora...
Naega nohreul saranghanora...
Saranghaeyo chukbohayeo...
Dangshineui maeume woorieui...
Sarangeul deuryuhyo...
Tobio terus mengulang-ulang lagu kesukaan Mason itu, hingga Mason tertidur lagi. Dilihatnya jam tangannya lagi sambil terus bernyanyi. Sudah pukul tujuh kurang lima belas menit.
Dilihatnya Mason sudah tertidur lagi.Saatnya Tobio untuk berangkat sekolah. Ia tidak mau telat lagi gara-gara Mason. Dipanggilnya sang Omma dari dapur. Buru-buru Tobio memberikan Mason kepada Omma dengan hati-hati.
“Honey, You can breakfast now!” ajak Omma.
“Nope Omma, I must go to school now. I don’t want late again” buru-buru Tobio menarik tasnya dari atas sofa. Dicumnya pipi Ommanya, lalu dicumnya juga bibir Mason anaknya itu dengan lembut.
“Appa go now!” Diusapnya lembut pipi merah Mason yang meringkuk digendongan Halmoninya (Neneknya).
Gara-gara kebodohannya beberapa bulan yang lalu, Tobio harus hidup sebagai remaja paling tidak normal di dunia. Tobio bisa jadi gila kalau mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, saat Ia dan pacarnya yang bernama Ara itu kebobolan.
Saat Tobio terbangun, Ia sudah mendapati dirinya berada di kamar sang pacar dengan keadaan bugil, tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya, begitu juga dengan Ara di sampingnya. Mereka sama-sama menyadari apa yang mereka lakukan semalam. Oh my god, Law me. Make me death now. Hanya itu kata-kata yang bisa Tobio teriakkan.
Selang beberapa bulan berikutnya, Ara positif hamil. Sungguh benar-benar kejutan yang amat mengejutkan bagi Tobio. Kejutan ini kalah hebatnya dengan bom Bali, insiden WTC, tsunami di Aceh, dan yang lainnya.
Ke dua orang tua mereka yang rich hanya bisa menikahkan mereka berdua pada akhirnya. Tobio dan Ara, sama-sama mengenyam kehidupan gelamor yang serba mewah. Berkat kejadian ini orang tua mereka tidak perlu menjalankan rencana perjodohan yang sudah mereka susun diam-diam.
Benar-benar sudah mau kiamat dunia ini. Mana ada orang tua yang senang sekali melihat anak-anak mereka melakukan free sex dan mendapat kenyataan bahwa sang gadis akhirnya pregnant. Benar-benar sudah gila keluarga mereka berdua. Keluarga abnormal.
Dengan mengunci mulut, rahasia ini terjaga, sampai pada akhirnya Ara melahirkan bayi laki-laki mungil bernama Mason Muns, yang dijuluki sebagai Tobio Junior oleh Ayahnya, Tobio sendiri. Sekolah benar-benar tidak tahu akan masalah ini. Sungguh mulus keluarga Tobio dan Gracie menutup-nutupi ini semua. Untung mereka tidak satu sekolah.
Tahu apa yang dikatan keluarga Ara pada pihak sekolahnya mengenai masalah ini. Mereka bilang Ara harus keluar dari sekolah dengan alasan sekolah musik di London. Ara diasingkan keluarganya ke Ottawa. Mason akan dilahirkan di sana.
Sekarang kehidupan Tobio makin hancur, lantaran Ara akhirnya benar-benar pergi ke London untuk sekolah musik setelah hamil. Kehidupan mereka sebagai suami-istri belasan tahun juga jauh dari harapan yang mereka bayangkan.
Tidak ada kasih sayang lagi setelah Mason lahir. Bahkan Tobio sering menghabiskan waktunya bersama sang anak ketimbang bersama sang istri yang selalu pergi shooping itu. Tak ayal kalau satu bulan kemarin mereka baru saja bercerai.
Akhirnya keadaan berada tepat di titik seperti sekarang ini. Tobio baru saja pindah ke penthouse mewah yang dibelinya dengan uang tabungannya sendiri. Tobio ingin hidup mandiri bersama Mason. Tobio ingin membesarkan Mason sendiri. Biarpun Ia sudah mendapat predikat sebagai duren, duda belasan tahu yang keren, Tobio tetap menjalani kehidupan remajanya seperti biasa.
Dengan tetap tutup mulut, Tobio berangkat sekolah seperti biasa setiap hari. Pulang nanti Ia sudah berada di rumah untuk bersenang-senang dengan Mason yang makin lucu. Baru sorenya, saat Mason tidur, Tobio berangkat kerja di sebuah rumah makan cepat saji dekat penthousenya. Tentunya Omma akan selalu ada untuk menjaga Mason saat Tobio sekolah dan bekerja.
Tobio tidak ingin hidup dibawah kekayaan keluarganya. Ia ingin membesarkan Mason dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri. Biarpun mendapatkan pekerjaan diluar sana susah, Tobio tetap nekat dengan visinya. Tobio terpakasa berbohong kepada Bos di rumah makan cepat saji tempat Ia bekerja. Ia tidak mau Si Bos tahu kalau dia anak orang kaya dan tinggal di penthouse mewah seharga tujuh ratus jutas.
Perlu banyak kunci untuk menutupi kenyataan di dalam kehidupan Tobio. Kunci itu harus Ia simpan, agar seseorang tidak bisa membuka pintu rahasianya selama ini.
Tobio masih terlelap di mejanya. Teriakan Pak Achmad barusan, tidak membuatnya bagun dari tidur indahnya. Semua pasang mata di kelasnya memandang Tobio dengan menahan tawa.
“Ehhh Dandy Boy bangun!” gusak Billy yang menjadi teman sebangku Tobio. Tobio tidak bergeming.
“Tobio!!!” panggil Pak Achmad lagi. Kali ini empat oktfa teriakannya. Tobio masih bertahan.
“Billy Kamu tampar saja pipinya yang penuh make up itu!” seru Pak Achmad mulai geram.
“Beneran nih pak?” Billy masih ragu. Pak Achmad mengangguk yakin.
Billy melayangkan tangannya. Biarpun tidak keras, Billy mulai menepuk-nepuk pipi Tobio yang putih seperti susu itu. Sekali sentuh Billy bisa merasakan kehalusan pipi Tobio yang seperti kulit bayi. Meskipun tepukannya pelan, tetap saja ada bekas merah di pipi Tobio.
“Ehhh Dandy Boy, bangun Lo!!!” tepukan yang lumayan keras itu membuat Tobio mulai terbangun.
“BEGO, sakit tahu!!!” Tobio malah marah-marah.
Tanpa merasa ada keganjalan di sekitarnya, Tobio mulai merogoh-rogoh isi tas sekolahnya. Tangannya meraih cermin kecil yang sengaja Ia bawa. Dilihatnya pipi susunya itu merah-merah, seperti bekas di pukul.
Sontan panik yang amat sangat melanda Tobio. Matanya sudah melotot bak bola golf, muncul kerut-kerut lusinan di keningnya. Sungguh benar-benar bad dream, melihat pipinya itu bisa seburuk ini sekarang.
“What are You doing to my face?!” tanya Tobio panik.
“Tob itu...” Billy mencoba menenangkan Tobio yang mulai mengomel.
“Lo tahu, berapa duit yang harus Gue keluarin biar bisa bikin pipi Gue ini tetep bersih, putih dan bersinar. Awas Lo kalau pipi Gue kenapa-kenapa!!!” roeng Tobio belum selesai-selesai.
“Tob itu...” Billy hanya bisa menaik-naikkan alisnya, memberi isarat bahwa bahaya sudah dekat.
“Apa?!” Tobio masih bercermin, menangisi pipinya.
“Tobio!!!. Hentikan!!!” teriakan kali ini benar-benar tujuh oktaf.
Tobio sadar, kalau bahaya sudah menanti di depan matanya. Dengan satu lirikan dari balik cermin kecilnya, Tobio bisa melihat wajah geram Pak Achamd untuknya. Damn!. Buru-buru Tobio memasang mimik wajah andalannya. Sok imut, alias memasang wajah tidak bersalah.
“Ada apa pak?” ucapan logat bulenya nggak bisa hilang.
Tobio terlahir dari Omma yang berdarah Korea dan Appa yang berdarah Kanda-Indonesia. Biarpun sudah tinggal di Indonesia sudah belasan tahun, Tobio masih kurang lancar berbahasa Indonesia, meskipun bahasa itu sudah Ia kuasai dari kecil.
Setiap hari hanya bahasa Inggris dan bahasa Korea saja, yang digunakan Tobio untuk berkomunikasi dengan Appa dan Ommanya. Jarang sekali Ia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya.
“Mimpiin apa Kamu tadi?” tanya Pak Achmad menyindir.
“Nothing sir” jawab Tobio lirih.
“Sudah berapa kali Saya memergoki Kamu tidur sewaktu pelajaran?” Pak Achmad mulai menekan Tobio.
“I can’t remember sir” semua langsung tertawa mendengar jawaban Tobio.
“Lima kali. Kalau Kamu ketahuan lagi, Kamu bakal dapat hadiah night masker face dari Bapak!” seru Pak Achmad yang langsung disambut tawa kecil Tobio. Pak Achmad mulai keki.
“Thank you sir!. When I can take it?” tanya Tobio. Semua tertawa mendengar pertanyaan bodoh dari Tobio.
“Nanti kalau sudah kadaluarsa, baru Bapak kasih ke Kamu. Digunakan dengan baik ya!” Pak Achmad memasang senyum manis memaksa. Semua tertawa melihat wajah dongkol Tobio saat mendengar ejekan dari gurunya itu.
“This is not funny!” seru Tobio pada teman-temannya yang masih tertawa.
“Emang Lo Dandy Boy. Kalau udah ngomongin make up aja semangat!” ejek Billy.
Tobio hanya diam saja di tempat, sambil memasang muka nyengir kuda. Sungguh bagaikan neraka sekolah ini. apa salahnya kalau seorang cowok merwat diri mereka?. Dandy Boy. Sudah satu tahun Tobio mengenyam predikat itu dalam hidupnya.
Dandy, seperti artinya, bersolek. Salah satu kegiatan rutin para cewek-cewek, yang selalu ribut dengan make up dan sejenisnya. Tapi, wajarkah kalau seorang cowok juga suka yang namanya dandan?.
Mungkin bisa dibilang cowok metroseksual. Cowok-cowok yang doyan banget dandan. Tobio adalah salah satunya. Lihat saja, setiap hari Tobio nggak pernah lupa bawa alat-alat make upnya di dalam tas. Ada tuh, sekiranya belasan make up dari yang kecilnya se-jari sampai yang segede botol. Ada yang namanya facial crub, cologne, parfum, lip blam, shave foam, hair wax, masker face, night crub, sunblcok, etc.
Umumya cowok suka banget yang namanya olahraga lapangan di siang-siang bolong. Keringetan, wajah belepotan, bau badan minta ampun, bau matahari, rambut kepansan, kaki pecah-pecah. That’s proper for man, but don’t hope that is happend to Tobio.
Setetes keringat saja sudah bisa membuat dia panik, apalagi sampai bau badan melandanya. Semua alat make upnya tidak ada satupun yang berharga murah, semuanya mahal dan bermerek terkenal. hugo bos, calvin klein, armani, vercase, channel, k-swiss, spris, everlast, etc. Itu semua merek-merek andalan Tobio.
Nggak hanya make up saja, tapi juga life style. Tobio nggak pernah absen ke salon tiga kali seminggu, ngegym empat kali seminggu, facial & spa dua kali seminggu dan kursus yoga satu kali seminggu. Mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, nggak ada yang luput dari perawatan.
Soal fashion, Tobio tergolong penggila J&K style. Wajah oriental campuran memang cocok dengan fashion Jepang dan Korea. Ada sekitar ratusan baju formal dan non formal, sepatu, jam tangan, aksesoris, celana, sampai daleman berupa singlet dan underwearpun dibelinya langsung dari Jepang dan Korea setiap bulan. Up to date mengikuti perkembangan mode di sana.
Biarpun wajahnya masih berlumuran shave foam dan kegiatan mencukurnya di pagi hari belum selesai, Tobio tetap mau menggendong buah hatinya itu dengan penuh kasih sayang.
Sambil menepuk-nepuk punggung Mason, Tobio berusaha menidurkannya lagi. Tidak biasanya Mason bangun pagi-pagi sekali seperti ini, padahal Mason terkenal sangat doyan tidur dan selalu bangun pukul sepuluh pagi.
“Nyup...Nyup...Nyup” dengan lembutnya Mason mengecap jempolnya sendiri. Sekarang Mason sudah tertidurlagi.
Dibaringkannya Mason kecilnya itu di atas ranjang kecilnya yang penuh dengan boneka Barnie dalam berbagai ukuran. Tobio mendengus lelah, Ia belum menyelesaikan cukur paginya.
Dilihatnya jam tangan anti air yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Sudah pukul enam. Buru-buru Ia harus berangkat sekolah. Tapi, sudah jam segini Omma (Ibu) belum datang juga?. Dilihatnya Mason yang tetap tertidur pulas.
Tobio kembali ke kamar mandi pribadinya di dalam kamarnya, saat pintu penthousenya yang berada di lantai sembilan itu diketuk. Tobio tahu, kalau yang datang adalah Ommanya. Setelah membukakan pintu untuk sang Omma, Tobio kembali melanjutkan acara mencukur paginya.
“Mason, still sleep Honey?” tanya Omma yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar mandi yang terbuka.
“Yes!” Tobio mencuci mukanya dengan air yang keluar dari keran.
Tobio masuk ke dalam kamarnya, mulailah Ia melakukan kegiatan paginya yang punya jadwal panjang. Dandy’s time. Diambilnya Body lotionnya, lalu diusapkannya menyeluruh ke tangan dan lengannya yang berotot, lalu ke kakinya yang tak berbulu, perut six packnya, dada dan terakhir punggugnya.
Next, facial scrub untuk wajah putihnya. Next, mint lip blam untuk bibirnya yang kecil itu. Next, hair wax untuk menata rambutnya. Next, pine cologne untuk badannya biar wangi. Next, tea parfum untuk seragam sekolahnya yang sudah tersetrika rapi. Tinggal satu hal lagi yang harus Tobio lakukan, sehabis memakai seragam sekolahnya.
Let’s staring my handsome face in mirror. Tobio mulai bergaya, dilihatnya wajahnya yang begitu cerah bersinar. Rambutya tertata dengan kerennya. Tobio memasang senyum khasnya yang cool, giginya juga bersih putih mengkilat. Dilihatnya lagi jam tangannya. Sudah pukul setengah tujuh. Saatnya berangkat.
“Omma, my breakfast have ready?” seru Tobio pada Ommanya, saat Ia kelur dari kamarnya.
“Wait a minute Honey, Mason wake up again. I think, He want see you!” Omma muncul sambi membawa Mason yang menangis di gendongannya.
“Come to Appa!” dengan lembut Tobio meraih Mason dari Ommanya.
“Do you want hear Appa singing?” tawar Tobio pada Mason, yang sudah pasti tidak bisa menjawab itu.
“Na...Na...Na” hanya itu saja kata-kata yang bisa diucapkan Mason.
“Oky!” Tobio memangkunya di atas sofa ruang tengah yang menghadap beranda.
Ee sesang geu moouhtboda gwihage...
Naeui soneuro changjohayuhnnora...
Naega nuhro inhayuh gippuhanora...
Naega nohreul saranghanora...
Saranghaeyo chukbohayeo...
Dangshineui maeume woorieui...
Sarangeul deuryuhyo...
Tobio terus mengulang-ulang lagu kesukaan Mason itu, hingga Mason tertidur lagi. Dilihatnya jam tangannya lagi sambil terus bernyanyi. Sudah pukul tujuh kurang lima belas menit.
Dilihatnya Mason sudah tertidur lagi.Saatnya Tobio untuk berangkat sekolah. Ia tidak mau telat lagi gara-gara Mason. Dipanggilnya sang Omma dari dapur. Buru-buru Tobio memberikan Mason kepada Omma dengan hati-hati.
“Honey, You can breakfast now!” ajak Omma.
“Nope Omma, I must go to school now. I don’t want late again” buru-buru Tobio menarik tasnya dari atas sofa. Dicumnya pipi Ommanya, lalu dicumnya juga bibir Mason anaknya itu dengan lembut.
“Appa go now!” Diusapnya lembut pipi merah Mason yang meringkuk digendongan Halmoninya (Neneknya).
Young Appa
Tobio adalah remaja yang baru berusia tujuh belas tahun. Dikehidupannya yang seharusnya bebas, Tobio masih harus menerima dengan lapang dada nasibnya yang begitu unaccepted.Gara-gara kebodohannya beberapa bulan yang lalu, Tobio harus hidup sebagai remaja paling tidak normal di dunia. Tobio bisa jadi gila kalau mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, saat Ia dan pacarnya yang bernama Ara itu kebobolan.
Saat Tobio terbangun, Ia sudah mendapati dirinya berada di kamar sang pacar dengan keadaan bugil, tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya, begitu juga dengan Ara di sampingnya. Mereka sama-sama menyadari apa yang mereka lakukan semalam. Oh my god, Law me. Make me death now. Hanya itu kata-kata yang bisa Tobio teriakkan.
Selang beberapa bulan berikutnya, Ara positif hamil. Sungguh benar-benar kejutan yang amat mengejutkan bagi Tobio. Kejutan ini kalah hebatnya dengan bom Bali, insiden WTC, tsunami di Aceh, dan yang lainnya.
Ke dua orang tua mereka yang rich hanya bisa menikahkan mereka berdua pada akhirnya. Tobio dan Ara, sama-sama mengenyam kehidupan gelamor yang serba mewah. Berkat kejadian ini orang tua mereka tidak perlu menjalankan rencana perjodohan yang sudah mereka susun diam-diam.
Benar-benar sudah mau kiamat dunia ini. Mana ada orang tua yang senang sekali melihat anak-anak mereka melakukan free sex dan mendapat kenyataan bahwa sang gadis akhirnya pregnant. Benar-benar sudah gila keluarga mereka berdua. Keluarga abnormal.
Dengan mengunci mulut, rahasia ini terjaga, sampai pada akhirnya Ara melahirkan bayi laki-laki mungil bernama Mason Muns, yang dijuluki sebagai Tobio Junior oleh Ayahnya, Tobio sendiri. Sekolah benar-benar tidak tahu akan masalah ini. Sungguh mulus keluarga Tobio dan Gracie menutup-nutupi ini semua. Untung mereka tidak satu sekolah.
Tahu apa yang dikatan keluarga Ara pada pihak sekolahnya mengenai masalah ini. Mereka bilang Ara harus keluar dari sekolah dengan alasan sekolah musik di London. Ara diasingkan keluarganya ke Ottawa. Mason akan dilahirkan di sana.
Sekarang kehidupan Tobio makin hancur, lantaran Ara akhirnya benar-benar pergi ke London untuk sekolah musik setelah hamil. Kehidupan mereka sebagai suami-istri belasan tahun juga jauh dari harapan yang mereka bayangkan.
Tidak ada kasih sayang lagi setelah Mason lahir. Bahkan Tobio sering menghabiskan waktunya bersama sang anak ketimbang bersama sang istri yang selalu pergi shooping itu. Tak ayal kalau satu bulan kemarin mereka baru saja bercerai.
Akhirnya keadaan berada tepat di titik seperti sekarang ini. Tobio baru saja pindah ke penthouse mewah yang dibelinya dengan uang tabungannya sendiri. Tobio ingin hidup mandiri bersama Mason. Tobio ingin membesarkan Mason sendiri. Biarpun Ia sudah mendapat predikat sebagai duren, duda belasan tahu yang keren, Tobio tetap menjalani kehidupan remajanya seperti biasa.
Dengan tetap tutup mulut, Tobio berangkat sekolah seperti biasa setiap hari. Pulang nanti Ia sudah berada di rumah untuk bersenang-senang dengan Mason yang makin lucu. Baru sorenya, saat Mason tidur, Tobio berangkat kerja di sebuah rumah makan cepat saji dekat penthousenya. Tentunya Omma akan selalu ada untuk menjaga Mason saat Tobio sekolah dan bekerja.
Tobio tidak ingin hidup dibawah kekayaan keluarganya. Ia ingin membesarkan Mason dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri. Biarpun mendapatkan pekerjaan diluar sana susah, Tobio tetap nekat dengan visinya. Tobio terpakasa berbohong kepada Bos di rumah makan cepat saji tempat Ia bekerja. Ia tidak mau Si Bos tahu kalau dia anak orang kaya dan tinggal di penthouse mewah seharga tujuh ratus jutas.
Perlu banyak kunci untuk menutupi kenyataan di dalam kehidupan Tobio. Kunci itu harus Ia simpan, agar seseorang tidak bisa membuka pintu rahasianya selama ini.
Young Appa
“Tobi!!!” bentak Pak Achmad guru IPS Tobio.Tobio masih terlelap di mejanya. Teriakan Pak Achmad barusan, tidak membuatnya bagun dari tidur indahnya. Semua pasang mata di kelasnya memandang Tobio dengan menahan tawa.
“Ehhh Dandy Boy bangun!” gusak Billy yang menjadi teman sebangku Tobio. Tobio tidak bergeming.
“Tobio!!!” panggil Pak Achmad lagi. Kali ini empat oktfa teriakannya. Tobio masih bertahan.
“Billy Kamu tampar saja pipinya yang penuh make up itu!” seru Pak Achmad mulai geram.
“Beneran nih pak?” Billy masih ragu. Pak Achmad mengangguk yakin.
Billy melayangkan tangannya. Biarpun tidak keras, Billy mulai menepuk-nepuk pipi Tobio yang putih seperti susu itu. Sekali sentuh Billy bisa merasakan kehalusan pipi Tobio yang seperti kulit bayi. Meskipun tepukannya pelan, tetap saja ada bekas merah di pipi Tobio.
“Ehhh Dandy Boy, bangun Lo!!!” tepukan yang lumayan keras itu membuat Tobio mulai terbangun.
“BEGO, sakit tahu!!!” Tobio malah marah-marah.
Tanpa merasa ada keganjalan di sekitarnya, Tobio mulai merogoh-rogoh isi tas sekolahnya. Tangannya meraih cermin kecil yang sengaja Ia bawa. Dilihatnya pipi susunya itu merah-merah, seperti bekas di pukul.
Sontan panik yang amat sangat melanda Tobio. Matanya sudah melotot bak bola golf, muncul kerut-kerut lusinan di keningnya. Sungguh benar-benar bad dream, melihat pipinya itu bisa seburuk ini sekarang.
“What are You doing to my face?!” tanya Tobio panik.
“Tob itu...” Billy mencoba menenangkan Tobio yang mulai mengomel.
“Lo tahu, berapa duit yang harus Gue keluarin biar bisa bikin pipi Gue ini tetep bersih, putih dan bersinar. Awas Lo kalau pipi Gue kenapa-kenapa!!!” roeng Tobio belum selesai-selesai.
“Tob itu...” Billy hanya bisa menaik-naikkan alisnya, memberi isarat bahwa bahaya sudah dekat.
“Apa?!” Tobio masih bercermin, menangisi pipinya.
“Tobio!!!. Hentikan!!!” teriakan kali ini benar-benar tujuh oktaf.
Tobio sadar, kalau bahaya sudah menanti di depan matanya. Dengan satu lirikan dari balik cermin kecilnya, Tobio bisa melihat wajah geram Pak Achamd untuknya. Damn!. Buru-buru Tobio memasang mimik wajah andalannya. Sok imut, alias memasang wajah tidak bersalah.
“Ada apa pak?” ucapan logat bulenya nggak bisa hilang.
Tobio terlahir dari Omma yang berdarah Korea dan Appa yang berdarah Kanda-Indonesia. Biarpun sudah tinggal di Indonesia sudah belasan tahun, Tobio masih kurang lancar berbahasa Indonesia, meskipun bahasa itu sudah Ia kuasai dari kecil.
Setiap hari hanya bahasa Inggris dan bahasa Korea saja, yang digunakan Tobio untuk berkomunikasi dengan Appa dan Ommanya. Jarang sekali Ia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya.
“Mimpiin apa Kamu tadi?” tanya Pak Achmad menyindir.
“Nothing sir” jawab Tobio lirih.
“Sudah berapa kali Saya memergoki Kamu tidur sewaktu pelajaran?” Pak Achmad mulai menekan Tobio.
“I can’t remember sir” semua langsung tertawa mendengar jawaban Tobio.
“Lima kali. Kalau Kamu ketahuan lagi, Kamu bakal dapat hadiah night masker face dari Bapak!” seru Pak Achmad yang langsung disambut tawa kecil Tobio. Pak Achmad mulai keki.
“Thank you sir!. When I can take it?” tanya Tobio. Semua tertawa mendengar pertanyaan bodoh dari Tobio.
“Nanti kalau sudah kadaluarsa, baru Bapak kasih ke Kamu. Digunakan dengan baik ya!” Pak Achmad memasang senyum manis memaksa. Semua tertawa melihat wajah dongkol Tobio saat mendengar ejekan dari gurunya itu.
“This is not funny!” seru Tobio pada teman-temannya yang masih tertawa.
“Emang Lo Dandy Boy. Kalau udah ngomongin make up aja semangat!” ejek Billy.
Tobio hanya diam saja di tempat, sambil memasang muka nyengir kuda. Sungguh bagaikan neraka sekolah ini. apa salahnya kalau seorang cowok merwat diri mereka?. Dandy Boy. Sudah satu tahun Tobio mengenyam predikat itu dalam hidupnya.
Dandy, seperti artinya, bersolek. Salah satu kegiatan rutin para cewek-cewek, yang selalu ribut dengan make up dan sejenisnya. Tapi, wajarkah kalau seorang cowok juga suka yang namanya dandan?.
Mungkin bisa dibilang cowok metroseksual. Cowok-cowok yang doyan banget dandan. Tobio adalah salah satunya. Lihat saja, setiap hari Tobio nggak pernah lupa bawa alat-alat make upnya di dalam tas. Ada tuh, sekiranya belasan make up dari yang kecilnya se-jari sampai yang segede botol. Ada yang namanya facial crub, cologne, parfum, lip blam, shave foam, hair wax, masker face, night crub, sunblcok, etc.
Umumya cowok suka banget yang namanya olahraga lapangan di siang-siang bolong. Keringetan, wajah belepotan, bau badan minta ampun, bau matahari, rambut kepansan, kaki pecah-pecah. That’s proper for man, but don’t hope that is happend to Tobio.
Setetes keringat saja sudah bisa membuat dia panik, apalagi sampai bau badan melandanya. Semua alat make upnya tidak ada satupun yang berharga murah, semuanya mahal dan bermerek terkenal. hugo bos, calvin klein, armani, vercase, channel, k-swiss, spris, everlast, etc. Itu semua merek-merek andalan Tobio.
Nggak hanya make up saja, tapi juga life style. Tobio nggak pernah absen ke salon tiga kali seminggu, ngegym empat kali seminggu, facial & spa dua kali seminggu dan kursus yoga satu kali seminggu. Mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, nggak ada yang luput dari perawatan.
Soal fashion, Tobio tergolong penggila J&K style. Wajah oriental campuran memang cocok dengan fashion Jepang dan Korea. Ada sekitar ratusan baju formal dan non formal, sepatu, jam tangan, aksesoris, celana, sampai daleman berupa singlet dan underwearpun dibelinya langsung dari Jepang dan Korea setiap bulan. Up to date mengikuti perkembangan mode di sana.
---
Hasbi Rohman
No comments:
Post a Comment