Monday, May 25, 2009

Ikan Asap Opi

I. Ikan Asap Opi


Diaz pacar Al itu ternyata diam-diam menjalin cinta dengan cewek yang belakangan Al ketahui bernama Monnica, gadis berkulit gelap keturunan Padang yang menurut kabar pindahan dari Jakarta. Cewe metropolis, Nasib baik pun tak berpihak padanya, Diaz lebih memilih monnica ketimbang al yang sudah sejak lama mengisi hari-harinya, dia bilang monnica lebih dewasa dibandingkan al yang childish ini.

“ Ayo,Al!”. Aku menggeleng.” Enggak gah Rin, gue lupa bawa baju renang!”

“ Alah..ya udah pake punya gue tuh, gue sengaja bawa dua, tuh di tas!”

“Ya udah deh, lo duluan aja. Ntar gue nyusul.” Rinta memberi isyarat setuju lalu tak lama al sudah melihatnya bergabung dengan temen-teman yang lain. Yah! Aku memang tak membawa bajun renangku, selain tidak begitu pandai berenang, al sama sekali gak niat dengan acara pergi ke pantai yang diadakan ketua jurusannya ini, Tak ada yang membuatnya tertarik selain terpaksa ikutan karena gak enak menolak acara silahturahmi yang diadakan setahun sekali oleh angkatanku. Kalau bukan karena gak enak or sungkan menolak, al pasti memilih tidur atau meneruskan tulisannya yang tertunda, dan terselamatkan dari segala ketidaknyamanan disini.
Hari itu al memilih memakai celana pendek cpari dan t-shirt putih bergambar kucing di lengkapi topi, tak lupa kaca mata untuk melindungi mata sipitnya dari si Mr. Terik. Al berjalan menyusuri pantai tak tentu arah, seperti orang linglung. Akhirnya al menemukan sebuah pondok tak jauh dari batu-batu karang di bibir pantai.

Mereka terlihat senang dan bergembira tanpa takut kulit mereka akan gosong. Pantai Parang Tritis yang penuh misteri Ratu kidul ini lumayan indah, pasir halus, bersih dan ombak yang tenang membuat mereka semua melupakan aku. Dari sini, al bisa melihat mereka semua, Rinta sedang bermain-main dengan ban karetnya, Shinta dengan pacar barunya, atau ibu Farisa dan pak Galih yang hanya duduk-duduk di tikar sambil mnikmati camilan. Tapi dua mahluk berlainan jenis itu terus saja menarik perhatianya , berkali-kali al memalingkan wajahnya, berkali-kali juga al mendapati kemesraan mereka, kejar-kejaran, saling dorong, saling menciprati air bahkan gendong-gendongan. Glek! Al menelan ludah pahit, dia merasakan gemuruh didadanya, sesak dan terasa sakit menekan hati, Al marah! Al terbakar !. ini, inilah yang membuatnya enggan untuk ikut, bukan karena hal lain tapi ini; melihat Diaz mesra-mesraan dengan Monnica!!

Saat al sedang kalap tak tahan melihat mereka, tiba-tiba Diaz memandangnya dan segera salah tingkah begitu menyadari al sudah sejak lama memperhatikan mereka. merasa menjadi pengganggu, al pun melanjutkan perjalananku, al berlari dan terus berlari seakan ada sesuatu yang mengejarnya, dan menenggelamkannya dengan segala emosinya saat itu. Al berlari melewati penyewa ban karet, penjaja makanan dan terkhir al berhenti di bebatuan dekat pembatas pantai yang jauh dari area wisata. Seorang anak perempuan diam-diam menatap al , tersenyum dan menghampirinya

“ kakak mau beli ikan asap?” dia berucap dengan logat jawa yang khas. menyodorkan nampan yang berisi bungkusan-bungkusan ikan kering yang sudah diasap. Lalu terdengar suara perempuan setengah baya berpakainan lusuh memanggilnya.

“ Opi jangan mengganggu orang! Ayo makan dulu!”. Rupanya sang ibu sedang membuat ikan asap disebuah gubuk yang juga tempat tinggalnya. Si kecil Opi berlari menuruti panggilan ibunya.al mengikuti mereka.

“ Piknik ya mbak? Ibu itu menyapaku lebih dahulu. Bau asap dan amis manusuk hidungku.

“itu untuk di jual bu? Tanyaku sambil memungut ikan-ikan yang masih segar terhampar di Waskom. “kenapa tak langsung dijual segar sja bu?”.

“ndak laku mbak, lah wong orang-orang yang kesini jarang membeli ikan segar, kalau sedang ramai biasanya saya bisa mendapat dua puluh ribu sehari, tapi kalau sedang sepi saya menjadi buruh pada juragan ikan disini, menjemur ikan, upahnya lima ribu perhari.”

Hatiku miris mendengar penjelasan si ibu.

lima ribu?aku bisa apa dengan uang segitu?

“Lima ribu bu?”

“iya lima ribu,tapi kalau semuanya ikut jadi buruh, yah paling-paling jadi tiga ribu mbak”

What?gila giman orang-orang disini bisa bertahan?

Lalu ibu mengangkat Opi, di dudukanya Opi di sebuah bangku panjang yang tidak lagi berdiri kokoh, kalau Rinta yang duduk disitu di pastikan bangku itu langsung roboh.

“Kakak mau makan?” si kecil Opi menawarinya, mulutnya penuh.

“enggak, Kakak udah makan tadi” Al terpaksa berbohong.

“Opi ndak bisa sekolah karena kami tak akan bisa menyekolahkanya, yang penting Opi ndak kurang makan seperti anak tetangga yang sampai buncit perutnya dan badanya kurus sekali, seperti tulang di balut kuilt itu loh mbak, ngenes banget”

Deg.jantung al bergetar, mungkin maksud si ibu anak tetangganya terkena busung lapar akibat kurang gizi. Hatinya ngilu, air mulai menggenang di pelupuk matanya. Ah..tak pantas rasanya menangis di depan mereka yang mungkin tak suka dikasiani..

al meraih saku celananya, ada uang sepuluh ribu disitu, dia berikan ke dalam tangan Opi.

“ini uang buat Opi jajan ya?”

“makasih kak” Opi tersenyum, memperlihatkan lesung pipitnya. al pamit denagn ibu beranak itu, al telah melupakan perasaannya sebelum bertemu mereka. di kalahkan oleh cewe metropolis itu gak berarti sama sekali! al malu pada dirinya sendiri, pada Opi dan ibunya. al siap menghadapi dua cecunguk itu.

al pun bergabung dengan rinta dan yang lain, sepertinya mereka sudah selesai besenang-senang dengan laut.al langsung duduk beralas tikar dan menyambar chitato milik Rinta.

“kemana aja lo? Kok ngilang? Gue nyariin tao!”

“beneran Lo nyariin gue? Yang gue liat Lo lupa sama temen lo yang gak bisa berenang ini!”

al menunjuk hidungku di depan wjah Rinta.

“Ya elo sih gue ajakin ogah –ogahan gitu! Gue tau Lo pasti bete ngeliat diaz sama Monica ya kan?”uacapan Rinta mengingatkannya kembali dengan apa saja yang dia liat di tepi pantai. Tiba-tiba semua kekuatannya hilang begitu Rinta menyindirnya dengan gayanya yang khas. Susah payah al mengatur mimik mukanya agar terlihat biasa didepan Rinta si Ratu nyinyir! Damed…!!!Omongan Rinta tu bener. bener banget malah!!!.saking benernya gue males ngeladenin dia!aduwh… tambah bete gue..!!!ergh..!!jangan-jangan gue tadi keliatan tolol banget pas Diaz ngeliat gue! Ya gak sih? Kenapa jug ague ngeliatin mereka? merekanya aja yang pamer depan gue1 mesra-mesraan biar semua orang liat termasuk gue!! Diaz…gue bakal buat perhitungan sama lo!!
----

Ariesta Prapti Pratiwi

No comments: