SATU
“Selamat ulang tahun yah, Chis!”
Ucapan itu mengiringi langkah Chisa mengelilingi sekitar area pesta. Chisa saat itu tengah terlihat kesal. Sesekali ia melihat kearah sekelilignya, mencari sosok orang yang sangat ia nanti-nantikan. Hingga menit kelima dalam penungguannya, Chisa belum juga melihat cowok itu hadir dan menghampirinya. Tidak biasanya, Chisa sepanik ini. Beberapa kali ia bertanya kepada teman-teman disekelilingnya yang saat itu tengah menikmati jamuan pesta, tapi setiap kali bertanya, jawbannya selalu sama ‘paling juga belum datang’. Kekhawatiran Chisa bertambah lagi, ia tidak ingin orang yang dicintainya mengabaikan pesta ulang tahunnya yang hanya terjadi dalam setahun sekali.
Vivi dan Vela yang saat itu tengah asik ngobrol sesaat kemudian langsung menghampiri Chisa, tuan rumah yang punya hajat. Yang dari tadi sibuk sendiri. Keliling-keliling tanpa memperhatikan keadaan sekitarnya.
“Chis, lo kenapa sih? Keliatannya panik banget!” tanya Vivi
“Gimana gue nggak panik coba, masa jam segini Andrey belum dateng. kamu tahu sendirikan pestanya bentar lagi dimulai. Aku nggak mau kalau dihari ulang tahunku ini Andrey nggak ada” ujar Chisa meringis
“Iya gue juga tau. Tapi lo nggak usah sampe segitunya kali, Chis. Gue yakin Andrey pasti dateng kok, nggak mungkinlah cowok model Andrey nggak dateng. Apalagi ini hari ulang tahun lo lagi!”Vivi Nampak menenangkan
“Lo udah coba hubungin dia belum”
“Belum”
“Ya ampun, kenapa lo nggak nanya aja, sekarang dia ada dimana”
“Aduh, handphone aku ketinggalan dikamar lagi”
“Yaudah pake handphone gue aja!” vela mengambil handphne didalam tas mininya dan langung memberikannya pada chisa
Chisa langsung menekan keypad handphone dan seketika nomor andrey sudah nampak dilayar, Chisa buru-buru call. Tapi sayng jawaban dari sberang tidak sesuai dnegan keinginan chisa, yang ada operator ngomong’ nomor yang anda tuju sedang tidak aktif’
setengah jam berlalu, chisa semakin kalang kabut. Bahkan dia sudah ada niatan kalaus apai andrey telat dan lebih-lebih tidak datang, chisa bakal hajar ahbis-habisan. Lagian dia suruh mikir, masa dihari ulangtahunnya yang Cuma satu kali dalams etahun aja nggak dateng. Chisa semakin gondok.
“Vel, gimana dong, andrey belum dateng nih. Sepuluh menit lagikan mau mulai!”
“Lo tenang aja, chis, mungkin dia bakal kasih surprise sama lo”
“Surprise sih surprise tapi kalo sampe bikin gue nunggu kaya gini kan nggak enak”
Chisa semakin tidak sabar, sesekali ia mgusap keningnya,. Wajah yang sudah terlihat anggun dan cantik iu mendadak berubah seketika, suasana ramai yang mestinya dinikmati mendadak basi dirasakan chisa.
“Gue masuk kekamar dulu yah, kali aja dia sms ke nomor gue!”
sejenak chisa meninggalkan tempat, ia buru buru menuju ekkamar yang letaknya hampir jauh dari taman rumahnya, dan menghabiskan waktu kira-kira lima menitan.
Sesampai dikamar, chisa harus mencari-cari lagi sosok merah itu, telefon genggamnya yang ia lupa menaruhnya.
“Sial, kemana lagi nih! Ya tuhan, kenapa sih harus kaya gini!”
setelah beberapa saat ia mencari-cari dibalik bantal, laci tempat biasa menyimpan, akhirnya ketemu juga didalam tas sekolahnya.
“Ini dia! Begobener sih gue, nggak biasanya nimpen handphone didalam tas!”
dilayar tertera 1 pesan multimedia diterima, dan benar. Ternyata itu dari andrey. Chisa buru-buru mebukannya. Sontak mukanya berubah menjadi senyum. Terlihat foto andrey senyum ke chisa dengan kata-kata “selamat ulang tahun yah sayang, seoga apa yang kamu inginkan terwujud, hm…bentar lagi nyampe nih!”
lega hanti chisa, megingat pesan itu baru diterima tiga menit yang lalu. Senyum mengembang dibalik bibirnya. Chisa buru-buru turun, dan ingins ekali menceritaka berita ini pada kedua sahabatnya yang sama-sama ikutan nunggu dan cemas.
“Andrey lagi dijalan!” ujar chisa ketika sudah berada didepan vela dan vivi
“Ya ampun, ajdi tuh cowok baru berangkat dari rumahnya”
“Iya” jawab chisa sambil melebarkan senyumnya
“Cie…cie…yang mau diberi surprise nih!”
Sejenak chisa ngobrol dan ketawa-tawa bareng. Rasanya sudahs edikit lega. Sekalipun waktu sepuluh menit sudah berlalu dan belum juga nampak batang hidungnya. Tapi sms iu engobati rasa kecemasan sekaligus kekesalan chisa pada cowok itu.
“Chis, kok belum dateng juga sih!” ujar vela
“Paling juga bentar lagi”
“Kok jadi lo yang panik sih Vel” terus vivi
“Nggak, perasan jarak rumah Andrey sama Chisa nggak jauh-jauh amat, lima belas menit udah nyampe”
“Tapi kan ini baru empat belas menit” Chisa tampak menenagkan diri
“Yasudah tunggu aja!”
lntas harus menunggu sampai berapa menit lagi. Beberapa tamu sudah menanyakan pesatnya kapan mulai, waktupun sudah berselang satu jam. Chisa kembali keposisi sebelumnya, dlaam kepanikan.
“Apa mungkin andrey nggak daeng yah? Kok dia tega bange sih!” chisa tampak meringis dengan kepala berandar dipundak sahabatnya, vela.
Nada telefon berbunyi, vela cepat-cepat mengangkatnya sekalipun nomor itu tidak dikenalnya.
“Halo…” ujar vela mengawali
“Ha…halo…” ujar orang dari sebrang terbata-bata
“Ini vel…la kan..,” suara semain tergetar dan terbata-bata
“Iya ini siapa?”
“Ini Fardan”
“Ada apa, Far!”
“Andrey…”
“Kenapa andrey” Chisa tampak sedikit cemas dan seolah-olah ada gelagat tidak beres dengan ucapan fardhan barusan
“Andrey…andrey…kecelakaan, dia kecelakaan, Sekarang gue ama dia masih dipersimpangan jalan!”
“Kamu jangan bohong!”
Sontak tubuh chisa lunglai.
“Chis, ada apa chis…Chis ngomong!” Vela tampak cemas
Dengan sekuat tenaga Chisa bangkit, ia masih tidak percaya, dan berharap kalau yang diomongkan fardan itu salah dan bohong. Chisa berlari kencang , meninggalkan suasana pesta yang ramai dengan orang-orang yang sibuk. Kepergiannya dari tempat itu Sontak membuyarkan pesta dan mebuat pesta terbengkalai dan gagal.
Malam semakin mendung, mendadak hujan rntik-rintik turun membahasi bumi yang sudah hampir tiga hari tidak membasahi kota ini. Chisa berlari dengan gaun ulang tahunnya. Ia semkain kencang, menangis, menerobos jalanan yang ramai dipadati kendaraan beroda empat.
“Andrey!!!” Chisa semakin menangis
Tampak Vela dan Vivi sahabatnya menyusul dibelakang, ikut berlari dengan alasan tujuan yang benar-benar ereka tidak ketahui.
“Chis…ada apa!” teriak vivi sambil berlari
Chisa tak perduli, ia semakin kencang berlari, dan menangis. Tak peduli tubuhnya basah diguyur air hujan yang semakin besar dan kilat yang sedari tadi menampakan wujudnya diatas langit yang hitam pekat.
“Ini nggak mungkin” isaknya semakin membahana.
Chisa semakin berlari, dari pandnagan matanya, keadaan persimpanagn ramai sekali. Banyak orang sibuk dan lalu lalang. Bahkann ada juga yang hanya sekedar menonton dan ada orang yang bingung karena ada kejadian apa.
Chisa semakin mendekat. Tampak fardhan yang berdiri dengan bingungnya. Chisa buru-burur mendekat ke andrey yang terbujur kaku diatas jalan.
“Cepat telefon ambulan!” teriak chisa keras
“Udah chis, tapi belum dating!”
Vela dan vivi yang melihat, melongo dan hamper tak percaya dengan kejadian ini. Sedangkan sedari tadi andrey hanya terlihat kesakitan, dan nafanya serasa sesak dan sekarang iad alam pelukan chisa.
“Andrey….hiks…hiks…” chisa menangis sambil memeluk rapat-rapat
“Jangan nangis saying, selamat ulang tahun. Andrey sayang chisa” andrey terbata-bata. Wajahnya semakin pucat dengan darah disekujur tubuhnya yang diguyur air hujan yang tak henti-henti.
Tak lama kemudian ambulance datang, dan beberapa petugas langsung membawa andrey yang diam kaku. Dengan ditemani chisa yang juga ikut menumpangi nmobil itu.
####
Chisa ditemani kedua sahabatnya beserta fardhan menunggu didepan ruang ugd. Tampak fardhan yang duduk cemas, terlebih chisa yang masih saja menangis dipelukan vela dan beberaap kali vela menghibur chisa agar tetap tenang dan jangan terlalu cemas, karena andrey pasti baik-baik saja.
“Sebenarnya apa yang nyebabin kecelakaan andrey, dhan?” Tanya chisa pada fardhan
“Saat lampu hijau andrey sama gue berpapasan, dan dari arah yang berlawanan yang seharusnya tidak jalan, malah negbut dan menabrak andrey. Dan dia juga sama chis, kecelakaan parah, sama halnya kaya andrey!”
Chisa tak kuat membendung airmata. Sesaat kemudian, orang tua andrey datang dan ibunya menangis sejadinya, dengan dipeluk oleh suaminya. Tampak keadaan ruang tunggu dipenuhi dnegan duka dan menunggu jawaban tentang kabar andrey dengan kecemasan.
“Chisa, andrey nggak apa-apakan!” mamahnya andrey mendekat kearah chisa
“Chisa berharap andrey baik-baik saja tante!” ujar chisa smabil terisak
“Kita berdoa saja, semoga andrey tidak apa-apa!”
Sesaat kemudian dokter keluar, mukanya seolah-olah member jawaban atas keadaan andrey. Mamah mendkeat kearah dokter, tapi saying dokter tidak menjawab. Ia pergi begitu saja. Chisa tampak semakin panic, mengingat kabar kekasihnya yang belum jelas ini. Selang beberapa waktu, suster keluar dari ruang ugd.
“Anda orantuanya andrey” ujar suster
“Iya suster saya orang tuanya andrey, bagaimana keadaan anak saya?” Tanya mamah khawatir
“Kami sudah berusaha sekuat tenaga, tapi saying tuhan berkehendak lain. Andrey meninggal, lantaran kehabisan darah”
“Apa!” mamah andrey terjatuh pingsan
Sontak suasana dipenuhi tangis. Chisa tak kuat membendung airmatanya, ia langsung masuk kedalam, dan melihat Andrey yang sudah terbujur kakau diatas tempat tidur dengan ditutupi kain putih.
“Andrey!” chisa menngis sejadinya dan tak lama kemudian ia terjatuh pingsan dan tak sadarkan diri
####
Hari ini pemakaman Andrey dilaksanakan. Hujan masih saja turun seperti tadi maalam ,dan solah-olah ikut menangisi kepergian andrey. Satu persatu pelayat yang mengiringi jenajah andrey tampak meninggalkan area pemakaman. Begitu juga mamahnya andrey, pergi meninggalkan pemakaman dengan membawa isak tangis.
Sedangkan chisa, ia masih saja duduk disamping makam andrey, sambil menangis dengan ditemani kedua sahabatnya, vela dan vivi. Beberapa kali vela membujuk chisa untuk pulang, tapi chisa tidak mau juga. Sepertinya duka chisa begitu dalam, dan belum mau menerima kenyataan kalau saja kekasihnya andrey, pergi untuk selama-lamanya.
“Chis, pulang yuk! Udah sore nih, kemakamnya besok lagi yah, lagian sekarangkan hujan” ujar vela mengajak dengan pelannya
“Iya chis, lagian mau sampai kapan kita berada disini”
“Kalo kalian mau pulang, pulang aja sendiri!” chisa semakin terisak
Sesekali ia berteriak nama andrey, sampai detik ini ia beloum bisa merelakan sepenuhnya.
“Kenapa tuhan tidak adil sama gue, kenapa!” teriak Chisa
Jam sekarang menunjukan pukul enam sore. Chisa masih saja duduk disamping makam andrey yang masih basah, dengan bunga-bunga indah yang bertabur diatasnya. Sedangkan vela tak henti-hentinya membujuk chisa agar ia mau pulang.
####
Tak terasa, sudah sehari andrey meninggalkan dunia yang fana ini untuk selama-lamanya. Meninggalkan kenangan indah yang tertoreh bersama sahbat-sahabatnya, keluarganya, dan yang terlebih menyedihkan yakni membawa sejuta kenangan indah pada chisa, sehingga chisa tidak bisa melupakannya.
Dikelas, suasana tampak masih dalam keadaan berduka cita atas kepergian andrey. Kemarin seketika diumumkan andrey meninggal, hampir semua teman-temannya tidak percaya. Bangku andrey yang berada dibarisan kedua, nampaknya sudah kosong. Begitu juga disebelahnya, yakni bangku chisa yang masih juga ikut kosongg. Jelas semua orang pasti mengerti kondisi chisa sekarang, masih diselimutui rasa duka.
“Chisa nggak masuk vel?” tanya Vivi dengan nada sedih
“Iya Vi!” begitu juga Vivi
Didalam kamarnya, chisa masih terbaring dengan mata yang masih terus-terusan mengeluatrkan butiran-butiran bening. Wajahnya tampak pucat. beberapa kali mamahnya mebujuknya keluar, tapi chisa tetap saja tidak mau, bahkan semenjak kemarin, chisa tidak mau makan, jangankan makan, keluar kamarpun chisa sepertinya berat sekali.
“Sayang, kalo terus-terusan begini. Nanti kamu sakit”
Chisa seolh-olah tampak tidak perduli dengan kondisinya. Ia masih tetap saja seperti chisa yang kemarin yang mendadak berubah menjadi diam dan tidak lagi ceria seperti beberapa waktu lalu, sat andrey masih hadir didalam kehidupannya. Kini semuanya tinggal kenangan, yang membuat chisa berlarut-larut dalam dunia barunya.
Senandung lagu ciptaan andrey yang direkam oleh andrey beberapa tahun laluuntuk chisa, kini diputar kembali oleh chisa. Sehingga membut chisa semakin tidak merelakan kepergian andrey. Sesekali ia teriaik-teriak sendiri dan menghilangkan kekesalannya dengan membanting semua barang milknya.
“Tuhan tidak adil!”jeritnya keras
Mamah yang masih berada diluar membujuk chisa agar mau makan sontak kaget. Ia buru-buru mengetuk pintu kamar chisa dan tampak menangis.
“Sayang, jangan buat mamah khawatir” jerit mamah sambil menangis
Kondisi kamar chisa tidk seperti dulu lagi, rapih bersih, dan nyaman. Tetapi sekarang berantakan dan barang-barang miliknya tampak berserakan kesana-kemari. Chisa duduk disudut kamarnya, memeluk rapat-rapat foto andrey. Kenangan seolah-olah berkelibat dibenaknya kembali.
####
Hari sudah malam, chisa tetap saja tidak mau keluar dari tempatnya. Sudah lebih dari puluhan kali mamah memintanya untuk membuka pintu kamarnya dan keluar. Tapi chisa tetap saja tidak mau. Bahkan pertanyaan mamahnya yang dilontarkan padanya, tidak pernah ia jawab sekalipun.
Saat jam menunjukan pukul tujuh kurang lima menit. Vela dan vivi dating kerumah chisa. Tak lain kedatangan mereka ialah untuk menghibur hati chisa yang sedang gundah. Dan menanykan kenapa tadi pagi ia tidak masuk sekolah.
Vela dan vivi datang disambut oleh mamah dengan baiknya, dan seketika menanyakn keadaan chisa, mamah tidak bias bercerita panjang, ia hanya menunjukan kamar chisa yang tertutup rapat-rapat.
“Chisa kenapa tante?” Tanya vivi ketika sudah berada didepan kamar chisa
“vela, vivi, tante minta tolong pda kalian. Tolong bujuk chisa agar mau keluar. Sebab, semenak pulang dari pemakaman andrey, chisa ngurung diri dikamar. Tante khawatir ama kondisinya, mungkin kalau kalian yang ngomong langsung sama chisa, chisa mau mendengarkan”
Tak terasa vivi dan vela meneteskan air matanya. Tak lama kemudian, vela langsung mendekat kepintu kamar chisa.
“Chis, ini gue vela. Please, lo keluar. Jangan bikin kita khawatir. Gue tau gimana perasaan lo, tapi bukan berrti lo nyakitin diri lo sendiri dnegan terus-terusan ngurung dikamar!”
Tidak ada respon dari chisa.
“Chis, gue tau. Lo nggak mudah nerima kenyataan ini. Tapi asal lo tahu, andrey pasti tambah sedih kalau lo seperti ini. Mungkin tuhan punya rencana buat lo, dan mungkin karena tuhan saying sama andrey karena itu ia memangil andrey”
Chisa masih saja diam, yang terdengar hanya isakan tangis chisa dari balik kamar.
“Kenapa lo nggak mau denger gue ngomong chis, gue ini sahabt lo. Kita kan sudah janji, setiap ada masalah harus selesaikan bersama dan kenapa sekarang kamu simpan sendiri masalah itu. Apakamu udah ngga nganggep kita sahabat lagi, oke kalo gitu. Gue kecewa sama lo”
Krek…pintu kamar terbuka. Chisa keluar, ia tampak terlihat lusuh. Air mata tak henti-hentinya membasahi pipinya yang putih. Seketika itu vela dan vivi buru-burur memeluknya. Mereka terhanyut dalam tangis.
****
Saiful Furkon
1 comment:
Ditunggu Lanjutanya...
Iful terus semangat yah!
From Kip comunity....
Post a Comment