I. … Hingga Otakmu Meledak!!
“Pulang ya!” pamitku pada teman-teman di halaman kampus, seraya berjalan menuju parkiran mobiku yang cukup jauh dari sana.
“Daagh .. Hati-hati, Bi!” kata Memey, salah satu temanku. Aku pun hanya mengangkat tangan tanpa menengok ke belakang lagi.
NIT.. NIT .. Aku menyalakan alarm mobilku, dan segera menaruh buku-buku dan laptopku di kursi belakang mobil. Aku menyalakan mobil, menunggu sebentar hingga temperature-nya sedikit naik, dan aku langsung pulang menuju rumah.
Perjalanan pulangku ditemani CD kesayanganku Sore – Centralismo, yaa walaupun sudah agak lama, tapi aku tidak bosan-bosan untuk mendengarkannya. Sepanjang perjalanan, aku menyetir seperti biasa. Terkadang memandangi kegiatan Kota Jakarta yang memang selalu ramai, yang tidak pernah lepas menemani perjalananku sampai ke rumah dengan selamat. Hingga tiba pada track ke-7, lagu kesukaanku berjudul Etalase. Dan aku pun mulai bersenandung.
♪… Kau pernah kenal seorang yang sangat kau sayang,
Kau pernah kenal seorang yang sangat kau benci,
Terasa perih, hingga otakmu meledak!!!! …
(Etalase – Sore)♪
Hmmm, mungkin potongan dari lagu itu benar-benar bisa menggambarkan keadaanku sekarang. Aku mungkin lagi ngerasa benci banget sm seseorang, dan rasanya otakku benar-benar mau meledak, dan …
CCCIIIIITTTTTTTTTTTTT……
Aku menginjak rem mobilku mendadak karna ada mobil Honda City hitam melaju cepat pas di perempatan yang sudah masuk di kompleks rumahku. Aku hanya diam di dalam mobil. Hal ini benar-benar melengkapi ke-bete-anku hari ini. Orang di dalam mobil itu pun hanya diam. Ia tidak turun dari mobil, atau kabur dengan tidak memiliki rasa tanggung jawab. Namun beberapa saat kemudian, akhirnya turunlah seorang laki-laki berumur sekitar 20-an, berkemeja coklat muda, berambut cepak, dan mamakai kacamata, yang kemudian menghampiri mobilku. Aku membuka kaca mobilku dan melihatnya dengan wajah tanpa ekspresi sedikit pun.
“Sorry banget ya! Gw lagi buru-buru banget buat balik lagi ke kantor! Jadi … “ Katanya tanpa meneruskan kata-katanya sambil kelihatan bingung dan sedikit panik.
“Tapi ga ada yang ketabrak kan?” tanyaku singkat.
“hmmm.. Ga ada sih untungnya!” jawab lelaki itu sambil melihat ke depan mobilku.
“Ooo.. Yaudah!” kataku.
Lelaki itu hanya diam terheran karna aku tidak marah sedikit pun. Aku memberikan senyum tipis kepadanya, menutup kaca mobilku, memundurkan mobilku sedikit dan kemudian langsung meninggalkannya. Aku melihatnya dari kaca spion, dan ia masih terdiam heran melihat kepergianku.
(“gimana sih tuh orang, katanya buru-buru!”) kataku dalam hati. Aku pun langsung membelokkan stirku ke kanan, dan tibalah aku di rumah.
“Mbok, tolong ambilin barang-barangku di mobil ya! Makasih, mbok!” kataku saat selangkah memasuki rumah, dan langsung menuju tangga untuk segera merebahkan tubuhku di tempat tidur.
BRAAAKKKK! Haaa.. rasanya otot-ototku mulai beradaptasi dengan empuknya kasur, diikuti dengan mataku yang mulai menutup dan mengantarku ke pulau mimpi.
“Mbak, kamu blom ganti baju, jangan tidur dulu ah!” kata bunda ke kamarku, dan mencegahku yang tinggal selangkah lagi untuk masuk ke pulau mimpi. Aku pun membalikkan badan dan membelakangi bunda. Bunda pun menepuk pahaku. Akhirnya aku mencoba untuk duduk sambil mengucek mata.
“Ngantuk, nda! Capek banget hari ini!” kataku pelan.
“Iyaa, tapi ganti baju dulu! Dari pagi tuh bajunya!” Jawab bunda sambil menarik-narik bajuku.
“Iya.. Iya..” kataku sambil mencoba berdiri untuk mengganti baju.
Aku mengambil baju ganti dari lemariku, lalu ke kamar mandi, bersih-bersih, dan mengganti baju kuliahku dengan kaos oblong nan pewe dan celana pendek.
Aku pun kembali ke tempat tidurku dan mencoba untuk tidur kembali. Tapi tiba-tiba aku tidak lagi merasa mengantuk, saat teringat tentang hari ini di kampus. Aku mencoba menutup mataku, tapi rasa kantukku tidak ingin mengantarku ke pulau mimpi itu lagi. Semua menolak dicerna di otakku, karna sepertinya otakku benar-benar akan meledak!!!
1st Chapter by Adinda Padmanegara
No comments:
Post a Comment