Prolog
Alena sekali-kali menatap langit dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.Dirinya mulai gelisah melihat langit sudah mulai mendung tapi orang yang dia tunggu tak kunjung datang juga. Di sekitarnya mulai penuh dengan remaja yang sedang pacaran.Ya,hari itu memang hari Valentine.
Namun orang yang ditunggu Alena tidak hanya seorang saja,tapi dua orang cowok!Jadi ini BUKAN kencan!
Dari kejauhan,dua orang cowok yang dimaksud berlari-lari dengan membawa paying sambil melambai-lambai.Wajah Alena berubah cerah dan membalas lambaian itu.
“Duh,Len!Sorry banget kita telat.Lo tahu sendiri ‘kan Alvin kalo udah hanyut sama Game Online lamanya minta ampun.” Ujar Calvin.
Alvin cuma diam kemudian membuang muka.
“It’s okay!Kita langsung ke dalam,yuk!Hujan nih!” ajak Alena sambil menarik tangan mereka berdua.
Setelah masuk ke café,Alena mencari tempat duduk yang nyaman dan strategis.Jari telunjuknya langsung menunjuk tempat yang dia inginkan.Calvin geleng-geleng kepala dan mengekori Alena ke meja yang terletak di pojok cafe.Alvin?Dia dengan cueknya menjauhi dua insan itu dan memilih duduk di meja paling depan dekat pintu masuk.
“Vin,ngapain lo di situ?Sini dong!Gabung,yuk!” teriak Alena dengan semangat ’45.
“Iya,Vin,lo jangan menyendiri di sana dong.” Calvin ikut bersuara.
“Enggak.Gue mau di sini aja.”
Tanpa memerdulikan Alena dan Calvin lagi,Alvin mengeluarkan PSP nya.Calvin menghembuskan nafasnya pelan melihat kelakuan Kakaknya itu yang semakin hari semakin cuek dan dingin saja.
“Len,sudahlah.Enggak usah paksa dia.” Kata Calvin pada akhirnya.
“Ok,tapi dia benar-benar enggak ada masalah ‘kan?” tanya Alena khawatir.
“Enggak,lo ‘kan tahu sendiri,dia memang begitu wataknya.”
Beberapa menit lamanya setelah memilih menu,keadaan menjadi hening.Alena yang terus menerus menanyakan keadaan Alvin yang semakin aneh ,hal itu membuat Calvin eneg dan cemburu abis.Ya,Calvin memang menyukai Alena sejak dulu.Bahkan sebelum berkenalan dengan Alena.
“Len,please jangan nanya-nanya terus tentang Alvin dong.” Calvin membuka pembicaraan.
“Kenapa?Dia ‘kan kakak lo dan sahabat gue juga.”
“Dia memang Kakak gue,Len.Tapi gue juga enggak mau kalo dia sampai merebut lo.”
“Maksud lo apa,Vin?”tanya Alena bingung.
“Gue suka sama lo,Len!”
Alena tersentak kaget.Ada perasaan bahagia dan bingung di dalam hatinya.Di satu sisi dia memang menyukai Calvin,tapi di sisi lain hubungan mereka bertiga sekedar sahabat.Itu sudah merupakan janji dan harga mati bagi dia.
“Lo suka gue?” Alena memastikan.
“Iya.Gue…Mau lo jadi pacar gue.Gue janji,persahabatan kita dengan Alvin enggak pernah akan pudar.”
Rupanya Calvin tahu kegelisahan Alena bila Alena menerima dirinya.
“Gue…Gue mau,Vin.” Jawab Alena malu-malu.
“Bener,Len?Yes!Gue sayang lo,Len.Sangat.”ujar Calvin seraya meraih tangan Alena.
Dari jauh,Alvin tahu apa yang terjadi.Sebenarnya dia ikut bahagia melihat adiknya bahagia,tapi hati kecilnya kesal melihat cewek yang disukainya jadian dengan orang lain.Apalagi itu adiknya sendiri.Namun,Alvin dengan tulus tersenyum ke arah Calvin dan bergumam pelan “Lo harus jaga dia baik-baik,Vin.”
†††
“Vin,mau ikut enggak bareng kita?” ajak Calvin sambil mengetuk pintu kamar Alvin.
“Enggak.Udah,pergi sana.”
“Ikutlah,Vin.Lo enggak bakal mengganggu gue sama Alena kok.”
“Gue bilang enggak,tetap enggak.Gue males jalan-jalan sama sepasang kekasih.” Teriak Alvin kesal.
“Ok,tapi lo jangan kebanyakan main PSP atau game online.Bisa-bisa mata lo bengkak gara-gara kurang tidur,lagipula besok lo ada tes praktek biologi ‘kan?”
Alvin mangut-mangut kesal.Bukan kesal,tapi lebih tepatnya cemburu.Calvin tampak rapi dan sedikit grogi menghadapi kencan pertamanya dengan Alena.Alvin mulai membayangkan bagaimana penampilan Alena.Pasti cewek itu memakai warna kesukaannya,hitam.
Bayangan Alvin segera buyar saat handphonenya bunyi berulang kali.Calvin juga ternyata sudah pergi,suara mobilnya cukup terdengar dari kamar Alvin.
Di layer handphonenya tertera,”Marissa”
“Halo?” jawab Alvin ogah-ogahan.
“Vin,mana Calvin?Gue telpon ke handphonenya enggak pernah diangkat.” gerutu Marissa kesal.
“Jelas dia enggak mau angkat,dia lagi ada urusan penting.”
“Urusan apa?” tanya Marissa penasaran.
“Alena.” Jawab Alvin singkat,jelas,dan padat.
“Alena?Memangnya ada masalah apa sih?Kok gue enggak tahu?”
“Tanya orangnya sendiri aja.”
Klik!
Alvin memandangi layer handphonenya sambil menggeleng-gelengkan kepala.Nih anak,gencar banget PDKT sama Calvin.pikir Alvin.baru 2 jam dia menikmati game barunya di PSP(2 jam disebut baru??),Alvin diganggu dengan adanya tamu tak diundang.
Yah!Siapa lagi kalau bukan Marissa.Dia pasti penasaran dengan jawaban Alvin tadi.Sampai bela-belain datang ke rumah Alvin hanya untuk mengetahui endingnya.
“Ada apa lo ke sini?” tanya Alvin setelah membuka pintu dan mendapati Marissa berdiri di sana.
“Lo tahu gue mau apa.Gue mau cerita lengkap tentang Calvin dan Alena.” Jawabnya tegas.
“Ngapain lo urusin mereka melulu?Lo enggak bosen apa?Mereka udah bahagia,jangan usik kebahagiaan mereka.” Alvin merengut kesal.Sejak setahun yang lalu,Marissa memang gencar banget PDKT sama Calvin.Tapi Calvin enggak pernah menggubris.
“Bahagia?Maksud lo?”
“Mereka baru aja jadian.Asal lo tahu,kalo sampai lo ganggu hubungan mereka,gue akan buat lo enggak bisa hidup tenang.”
Hampir saja Alvin menutup pintu,namun Marissa langsung mencegatnya.
“Gue ‘kan tamu,lo enggak ajak gue masuk?” kata Marissa lemah.
Alvin enggak menjawab,kepala menunjuk ke arah ruang tamu,pertanda dia mengizinkan Marissa masuk.
Marissa duduk bersebrangan dengan Alvin.Wajahnya pucat pasi mendengar berita itu dan hamper menangis kalau saja enggak ada Alvin di sana.Alvin tampak enggak peduli dan asyik meneruskan permainan PSP nya yang sempat tertunda tadi.
“Lo kok bisa cuek?” tanya Marissa,memulai pembicaraan.
“Memangnya gue harus sewot?” tanya Alvin balik tanpa melepas pandangannya dari layer PSP nya.
“Gue tahu,selama ini lo juga suka sama Alena.Kenapa lo bisa cuek melihat cewek yang lo suka jadian sama adik lo?”
Alvin enggak menjawab.Pertanyaan itu memuakkan baginya.Dia paling tidak suka bila ada orang yang sok tahu dan ingin mencampuri urusan pribadinya.
“Gue tahu,lo terlalu pengecut untuk merebut Alena dari Calvin.Iya ‘kan?Karena lo tahu,lo pasti kalah.” Cecar Marissa dengan suara yang mulai serak.
Alvin tetap bungkam.Dia merasa enggak ada gunanya menjawab pertanyaan cewek ini.Malah bisa-bisa membuat masalah baru.Cukup hanya dirinya sendiri yang tahu seberapa besar rasa cintanya pada Alena.Alvin bukan pengecut ataupun pecundang yang keluar dari permainan karena ditendang,tapi dia keluar dari pertandingan karena dia merasa ada yang lebih pantas bermain di sana daripada dirinya.
“Kalo urusan lo udah beres,silakan lo keluar.” Ujar Alvin dingin,masuk kembali ke dalam kamarnya.
†††
2 tahun kemudian…
“Lulus!!!Akhirnya kita lulus SMA!”teriak Alena girang.
“Iya,akhirnya…Kita enggak akan ketemu sama Bu Rose lagi.Si guru super galak itu.Hahaha!”
“By the way,lo mau kuliah di mana,Vin?” tanya Alena,menatap Alvin penasaran.
“Gue mau ke UNPAR,sama kayak Calvin tapi tentunya dengan jurusan yang berbeda.” Jawab Alvin seraya membaca nilai rapornya dengan seksama.
Alena berpikir sejenak lalu menepuk pundak sahabatnya itu.”I know!Lo mau kuliah jurusan design perkotaan,ya?”
Alvin tersenyum sedikit kemudian menggangguk.Ya,hanya Alena yang sangat mengerti dirinya.Itulah yang membuat Alena begitu istimewa untuknya.Malahan bila dibandingkan,Calvin kalah pengertian dengan Alena.
“Lo mau kuliah ke Aussie ‘kan?Kapan berangkatnya?” tanya Alvin.
“Sebentar lagi,bro.2 sampai 3 bulan lagi.Kita jadi kehilangan sahabat yang unik ya,Vin?” jawab Calvin.Padahal yang ditanya ‘kan Alena!
“Sahabat bagi gue,pacar bagi lo.” Balas Alvin dingin,menunjuk dada adiknya itu dengan telunjuknya.
Calvin nyengir sedangkan Alena hanya tersipu malu.Ini saatnya gue melupakan Alena dan mencari cewek lain.Semoga dengan kepergian Alena,cinta gue semakin pudar.batin Alvin.
†††
Alvin memutuskan untuk enggak ikut mengantar kepergian Alena ke Aussie.Jadi cuma Calvinlah yang pergi ke airport.Alvin bisa enggak tahan melepas Alena kalau sampai dia ikut.
Ditatapnya foto Alena saat bersamanya,berdua di perayaan kelulusan SMP 3 tahun lalu.Tanpa Calvin.Sesungguhnya,Alvin mengenal Alena lebih dulu.Mereka bersahabat sejak SMP kelas 1.Foto itu merupakan kenangan terindah baginya.Itupun saat terakhir Alvin tersenyum hangat dan ramah terhadap Alena.
Ya,sebelum Alena mengenal Calvin dan mulai mencintainya.
Di foto itu,Alena dan Alvin memakai seragam dengan penuh tanda tangan teman-temannya.Rambut mereka juga berantakan dijahili teman-temannya.Alena masih tetap sederhana dan menarik,bedanya rambut Alena sekarang agak panjang dan lurus.
“Andai lo enggak pernah kenal Calvin,Len.” Kata Alvin lirih.
Air matanya menetes,namun segera dihapus dan berpura-pura tak terjadi apa-apa.
“Gue pasti bisa lupain lo,Len.Pasti bisa.”
Alvin mengganti bajunya dengan kaos putih oblong dengan celana jeans hitam favoritnya.Dia mau pergi ke warnet untuk main game online.Masalahnya sebentar lagi game nya akan tamat.Sayang kalau enggak diterusin.
Di warnet,3-4 jam enggak terasa.Alvin sampai enggak sadar,kenapa sampai selama itu Calvin enggak pulang-pulang.Alvin baru sadar saat dia pulang dan mendapati mobil Calvin belum terparkir di sana.
“Calvin ke mana sih?Nganter ke airport,atau pacaran dulu?” gerutu Alvin dalam hati.
Alvin berniat menelpon Calvin,tapi keburu kaget dengan banyak miscall di handphonenya.Sudah kebiasaan Alvin,kalau lagi asyik main game,pasti handphonenya di silent.Supaya enggak ganggu katanya.
Semua nomor yang menelponya beberapa jam yang lalu sama sekali enggak dikenalnya.Karena penasaran,Alvin telpon balik.Mungkin aja ‘kan ada hal penting?
“Halo,selamat siang,ada yang bisa saya bantu?” tanya orang di sebrang sana.
“Siang,ini dari mana,ya?Tadi saya lagi sibuk,lalu saya lihat di handphone saya banyak miscall dari nomor ini.”
“Oh,maaf Mas.Nama Mas,Mas Alvin Ferdinand Lukito?” tanyanya memastikan.
“Iya,Mbak.Ada apa,ya?”
“Ini dari Rumah Sakit Boromeus.Tadi saudara anda yang bernama Calvin mengalami kecelakaan lalu lintas.Saya Cuma menemukan kartu nama anda di dompetnya.”
Alvin terenyak.”Keadaanya bagaimana,Sus?”
“Sekarang sedang dirawat secara intensive.Dia sedang koma.” Jawab suster itu.
Alvin kalang kabut bukan kepalang.Kenapa dia bisa sebegitu begonya sampai dia malah keasyikan main game yang enggak penting itu?
“Makasih,Sus.Saya akan segera ke sana.”
Klik!
Jantung Alvin berdegup enggak jelas.Ini bukan kecelakaan main-main!Calvin sekarang koma!Gimana,gimana kalau Calvin sampai meninggal??
Apa yang harus Alvin lakukan?Bagaimana kalau nanti Alena pulang?Enggak sekedar kekhawatirannya karena Calvin adalah adiknya,tapi karena Alena juga.Alena enggak mungkin bisa kuat menerima kenyataan seperti itu.
Tanpa memerdulikan tampangnya yang amburadul,Alvin mengambil motornya dari garasi dan mengebut secepat mungkin ke Boromeus.
1st Chapter by Ivana Theja
1 comment:
gue boleh mbantu ga!
Post a Comment