Sunday, February 15, 2009

The Smiths

Chocolate Vendues are sweet, warm and very lovely.

The best thing for me to start the day with.

-Writer-

Hari ini cukup cerah, pikirku.

Bener-bener cukup cerah untuk semuanya. Hari yang cerah, awal yang baik. Aku tersenyum sambil melihat bangunan sederhana di depanku. Rumah keduaku, tempat aku bakal memulai segalanya dari awal. Benar-benar saat-saat yang indah. Jarang-jarang lo ada saat kayak gini dalam hidupku. Kayak di film-film. Seandainya aja nggak ada bunyi desing dan derum kendaraan bermotor di pinggir jalan ini.

BRAK!

Aku menoleh seketika.

Hhh....

Sebuah kardus dan isinya jatuh berantakan di bagian belakang mobil pindahan.

“Haduuuhh, Ophiii.. Apa lagi siihh??” Aku berjalan mendekati gadis bertubuh mungil yang sedang memunguti boneka-boneka beruang cokelat dengan panik.

Ophi mengangkat kepalanya dan mulai berceloteh,”Nah, Aa’ nih mau ditolongin malah ngomel-ngomel ajah. Bantuin dong, A’.. Ophi kan juga mau pindah ke sini. Jadi Aa’ juga kudu bantu Ophi. Jangan malah berdiri aja kayak artis beken di gerbang..”

Aku menarik nafas panjang. Entah bagaimana aku akan tahan serumah dengan makhluk cerewet ini.

“Iyah, iyah. Sini Ari bantuin. Makanya kalo nggak kuat jangan dipaksain..Kan ada abang-abang tukang pindahannya.. Biar mereka aja yang mindahin..” Akhirnya aku mengalah dan membantunya memasukkan kembali boneka-boneka itu ke dalam kardus. Kutarik Ophi masuk ke dalam rumah.

“Wah, A’.. Besar juga yah rumahnya! Kayaknya bakala asik nih kalo dijadiin kafe..” Mata Ophi yang memang sudah besar itu makin membesar kagum.

“Yaiyalaaah..Rumah warisan buat Aa' geto looo..gag mungkin kan kecil?”

Ophi Cuma manggut-manggut tanpa menjawab dan mulai berkeliling.

“Bang, itu sofanya taroh di rumah bagian kedua aja yah, Bang! Sekalian juga sama barang-barang rumah lainnya. Teve, meja makan, tempat tidurnya taroh di ruangan kedua paling gede d bagian kedua rumah yiak!” kataku pada abang pindahan yang memimpin pindahan kami itu.

“Iya, Bang. Terus barang-barang yang buat kafe taroh di bagian rumah yang ini ajah ya! Boneka, meja bar, kursi en meja-meja kecil yang bunder-bunder jugag aroh di bagian rumah ini ajah. Ntar biar aku sama Ari aja yang atur.” Abang pindahannya Cuma manggut-manggut sambil nyatet.

Kenapa sih ni anak mesti ikut-ikut?

“Terus, kompor, oven sama alat-alat masak laennya taroh aja di ruangan paling kecil di bagian belakang rumah. Ntar biar kita sendiri yang atur, Bang!” ujarku tak mau kalah dengan makhluk yang tingginya tidak samapi seratus tujuh puluh senti di sebelahku ini. Abangnya Cuma manggut-manggut sambil nyatet lebih cepet.

“Terus.. terus.. terus...” sahut Ophi. Abangnya manggut-manggut, nyatet lebih cepet.

“Oihya, Bang.. Itu di sana ya! Ini di sini! Ini taroh di sebelahnya itu aja, Bang!” lanjutku. Lirik dikit. Manggut lagi, nyatet lagi.

“Bang! Bang! Ini di...”

“Hwaduh! Emangnya saya Abang tukang bakso apa?! Udah kalian diem ajah! Abang udah tau ini ditaroh dimana, itu di sebelah apa! Udah mending kalian berdua keluar, cari maem aja buat nutup mulut kalian yang kayaknya laper bener ajib gile itu!!”

Eh. Si Abang marah-marah. Bikin kaget aja.

Lirik dikit. Manggut lagi, nyatet lagiii...

Yaaa...

Kayaknya nggak ada salahnya kalo aku jelasin siapa kita berdua sebenarnya. Akan saya tunjukkan kalo kami berduah bukan Cuma kepala berotak udah yang penuh dengan pikiran-pikiran usil sajjah!! HOSH!

Ehem..

Aku Ari.

Iya, Ari. Cukup Ari aja. Soalnya nggak penting banget jelasin nama panjang di novel yang emang nggak penting ini.

Oke, kalo kamu tetep maksa, akan saya beritahu nama panjang saya. Tolong jangan siksa anak dan istri saya. Tolong.

Nama panjang Arianata Gelanggang Samudra.

Oke namaku lucu kayak nama tempat di Dufan. Hinalah, hinalah daku sampai mejret kayak duren keinjek gajah ngamuk juga nggak apa-apa! Sudah biasa! Dari esde juga udah dihina kayak gitu. Tenang saja! Tertawalah! TERTAWALAH! HINALAH! HINALAH! YEAAAH!! ROOCCKK!!!

Ehem..

Hiks.. Makanya cukup panggil aku Ari.

Genealogi: keturunan Jawa-Zimbabwe, putih, gede, kalo nggak mau dibilang obesitas(gag, cuiy!), rambut item lurus, suara gede buat ukuran badan kayak kurcaca kalo nggak mau dibilang kayak halilintar. Berjambang panjang hampir jadi jenggot, kalo diterusin entar jadi bulu dada dan bulu ketiak..Yaiks...

Seorang insomnist alias orang yang punya penyakit insomnia. Penyakit menjadi kalong di malam hari atau disebut juga sebagai penyakit batman.

Bercita-cita mencerdaskan anak bangsa dan memberikan air bersih untuk Indonesia Bagian Timur dengan cara melakukan tarian hujan di daerah-daerah yang dilanda banjir dan gempa bumi berkepanjangan. Oke, memang nggak nyambung. Tapi itulah aku. Aku adalah aku.

Aku cuma orang biasa yang terdapat dimana-mana kalo kamu mau nyari di WC umum, stasiun kereta api, jembatan penyebrangan dan terminal bis kota. Wah..Kayak bertran(baca:bencong perempatan) dong? Embeerrr.. Yuk, yak, yuk, cucok boooowk..

Yaenggaklah.

Cowok biasa yang dateng dari kota kecil ke kota besar buat nerusin kuliah di universitas negeri yang lumayan terkenal di Pulau Jawa, jurusan arsitektur, awas kamu kalo bilang nggak penting banget sih, plus kerja di kafe yang di didirikan sendiri, sama cewek nggak jelas tadi.

Cowok biasa, yang berusaha menjadi orang besar dan terkenal di kalangan artis ibukota dengan membuka kafe yang sudah didamba-dambakan seumur hidup. Bersama cewek nggak jelas tadi.

Cowok biasa, berkacamata minus empat, omnivora yan bener-bener omnivora(pernah nyuil kuping temen esde. Lo kira gue Maik Taikucing??), hampir broken home, jadi kabur dari rumah dan berusaha membiayai hidup dengan membuka kafe di kota besar. Sekali lagi, sama cewek nggak jelas tadi.

Cewek tadi? Yang jelas tujuan utamanya dateng ke kota gede bede mede ini cuma satu: untuk menguasai dunia.

Iya. Dia bilang pas aku wawancarai buat novel ini: UNTUK MENGUASAI DUNIA. Dengan kata lain, TO RULES THE WORLD. Oh em ji. Cewek macam apa yang telah hamba bawa ke dunia? Tuhan, maafkan daku karena tidak menunaikan zakat.

Yang jelas dia cewek dengan kehidupan yang lebih jelas, lebih keren, lebih kaya dan, ya, dengan nama yang lebih keren. Hiks..

Sekali lagi ahh..

Hiks..

Nama cewek itu Sophiareiza Serenalita. Bisa dipanggil Ophi atau Lita. Orang-prang yang dekat biasanya memanggil Ophi. Nama yang manis untuk orang yang cantik. Ya, dia cewek yang cakep, manis, cantik, langsing, imut dan semua hal yang paling diinginkan cowok dan cewek tentang bentuk fisik wanita yang sempurna tertempel di tubuh Ophi. Dan yakinlah sumpah, Bos, semua kesempurnaan itu asli orisinil nggak pake susuk atau pesugihan. Nggak heran banyak yang berusaha nyantet atau ndukun Ophiku sayang, tapi, entah memang dia dilindungi Allah yang Maha Kuasa atau memang setannya dia lebih kuat, alhasil nggak ada satupun, bener-bener satupun santetan dan ilmu nujum, ilmu hitam dan ilmu relatifitas Einstein yang nyantol ke dia. Buat yang terakhir, aku Cuma bercanda.

Ya, Ophi bener-bener cewek yang hampir sempurna. Cakep, manis, matanya bulat gede item, uimut mut mut, langsing, cock pake baju apapun kecuali baju compang camping, terutama baju renang(eigh!), pinter di semua bidang pelajaran Ipa kecuali Kimia. Rating penuh buat dia. Oh iya, dia juga seorang insomnist. Itulah kenapa kita sangat cocok.

Satu kelemahannya.

Dia kayak laki-laki.

Dia cewek maskulin.

Dan ya, dia cewek bertenaga badak.

Suka voli, basket, sepak bola sampai kasti dan berbagai macam olah raga maskulin lainnya. Pencinta balapan GP, tembak-tembakan paintball(buat yang belom tahu, paintball adalah game tembak-tembakan di arena nyata yang mana pelurunya terbuat dari gumpalan cat. Jad kalo kena, mak pret mak crot dah!), suka bermain gundu dan layangan(gag nyambung).

Hobinya, mukul orang kalo lagi kesel, seneng dan sedih. Tak ada waktu tanpa memukul orang. Dan satu hal yang perlu diinget kalo dia mukul.

Tenaganya bukan tenaga cewek biasa.

Walopun gitu, dia punya fisik yang lemah. Gampang pingsan, sakit-sakitan. Mulai dari asma, mag sampai diare. Khusus yang terakhir aku cuma ngarang.

Yang paling parah, dia keras kepala nggak karu-karuan. Bukannya kepalanya keras kayak batu karang, bukan. Kalo kepalanya ditabrak kereta api ekspress tetep aja dia ngerasa pusing. Buan, buan. Ngotot, adu-urat-fighting lover, adu-otot-outbond addict, dan fans berat adu-adu kekuatan fisik dan urat lain. Yah, tak ada gading yang tak retak. Tak ada harimau tak berloreng(oke ni aku bikin sendiri). Dan tentu saja, tak ada gorila yang tak berbulu.

En prennnd..

Alesan kita berdua di sini, di rumahku yang kedua ini, untuk bikin kafe atas modal bersama, sekalian ngumpulin duit buat persiapan pernikahan. Ya. Gadis di sebelahku ini, adalah cewek yang paling aku sayangi, aku cintai, aku dambakan. Kita berdua sudah tunangan sejak masa SMA, dan sekarang, dikarenakan kita kepengen tahu rasanya membangun rumah tanga sejak dini en nyari nafka sendiri, ayahku yang tercinta ngasih rumah kedua yang gede luar biasa, nggak keurus gara-gara nggak ada yang tinggal di sini, buat aku sama Ophi. Dan lagi, gara-gara aku nggak berasal dari keluarga kaya, Ophi yang anak orang kaya dan jadi tunangankulah yang membiayai semua peralatan kafe, sedangkan aku yang nyediain tempat berupa rumah di kota gede ini. Karena, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.

Dan juga karena pantun,

“Naek odong-odong, sambil gaya”

“Udah dulu dong, prolognya”

This is the end of the prologue.

Keep rocks, guys!

NB: Bila anda menjadi pusing dan tidak bisa tidur karena membaca prolog di atas, segera hubungi dukun beranak, bukan FBI. Karena bintang anda minggu ini meramalkan, bila anda membaca prolog yang tidak jelas di dalam novel yang tidak jelas yang dikarang penulis yang sangad tidak jelas, anda akan segera melahirkan. SELAMAT!


1st Chapter by Miftah Afif Mahmuda


No comments: